Sukses

Fatwa Kontroversial Ulama Arab: Terlarang untuk Pergi ke Dubai

Dengan alasan penyebaran "imoralitas" di sana. Dubai memang tak seketat Arab Saudi.

Dubai bak bunga yang tiba-tiba mekar di padang pasir. Dengan gedung-gedung pencakar langit termasuk yang tertinggi di dunia, pulau buatan yang menyerupai peta dunia, segala kemewahan yang bisa dibayangkan manusia. Baru-baru ini kota terpadat di Uni Emirat Arab itu menjadi obyek kontroversi di Arab Saudi.

Gara-garanya, seorang ulama setempat menyulut kontroversi dengan mengeluarkan fatwa yang melarang orang, khususnya perempuan, berkunjung ke Dubai -- dengan alasan penyebaran "imoralitas" di sana.

Sheikh Mohamed al-Shanar, nama ulama itu, menggunakan akun Twiternya untuk menjawab pertanyaan seorang perempuan, tentang apakah kaum hawa bisa berkunjung ke Dubai tanpa didampingi pendamping pria.

"Seorang perempuan bertanya, apakah dia boleh ke Dubai tanpa pendamping. Dan aku menjawab, 'pergi ke Dubai adalah terlarang. Terutama untuk perempuan, meski ia didampingi pendamping pria [karena penyebaran imoralitas di sana]. Dan adalah dosa ketika ia pergi tanpa pendamping tanpa urusan yang mendesak'," kata dia dalam Twitternya seperti dimuat Al Arabiya, 16 Juni 2013.

Di Arab Saudi, perempuan hampir selalu diwajibkan didampingi seorang pria, muhrim, ketika bepergian. Fakta tersebut menimbulkan gelombang reaksi oleh para pengguna media sosial, bahkan para ulama lain.

Dalam wawancara dengan Al Arabiya, Sheikh Arab, Abdulaziz al-Fozan, profesor hukum Islam komparatif, menggambarkan fatwa itu sebagai "tidak benar dan keliru."

Dia mengatakan, seharusnya Shanar cukup mengatakan wanita seharusnya tidak melakukan perjalanan ke Dubai sendirian. Ia melangkah  terlalu  jauh dengan melakukan "generalisasi" dengan melarang laki-laki.

Dengan menyebut Dubai sebagai tempat terlarang juga dianggap tidak tepat. Sebab ada banyak lokasi yang layak dikunjungi muslim. Fozan menggarisbawahi bagaimana kota tersebut menawarkan perdagangan, wisata, dan atraksi belanja untuk warga Saudi.

Meski, tak seperti Saudi Arabia, Dubai membuka diri bagi para ekspatriat -- yang diizinkan mengonsumsi alkohol juga menikmati gemerlap kehidupan malam.  "Justru lebih baik untuk bepergian ke kota yang mirip dengan yang ada di Saudi. Dalam hal agama, bahasa, dan kultur daripada ke negara nonmuslim," ujar Fozan.

Ini adalah fatwa terbaru yang memicu kontroversi. Sebelumnya ada fatwa kontroversial yang melarang pria berdekatan dengan pria lain yang "tampan". Juga perintah agar gadis cilik "yang cantik" untuk memakai jilbab. (Ein/Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.