Sukses

[VIDEO] Panen Padi, Warga Saling Pukul Balok dan Lempar Batu Kali

Warga Dusun Sampulungan, Makassar menggelar pesta panen dengan aksi saling pukul menggunakan balok kayu dan batu kali.

Berbagai macam cara dilakukan warga untuk mengungkapkan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Seperti yang dilakukan di Kabupaten Takalar, Makassar, Sulawesi Selatan. Warga Dusun Sampulungan menggelar pesta panen dengan aksi saling pukul menggunakan balok kayu dan batu kali.

Meski dihantam balok kayu hingga patah, tak sedikitpun warga yang merasa sakit. Namun Anda perlu ingat, aksi berikut ini hanya bisa dilakukan dengan latihan khusus. Demikian yang ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Senin (17/6/2013).

Para warga Dusun Sampulungan, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan yang terpilih sebagai pelaksana upacara pesta panen dan mengenakan baju adat memulai ritual pesta panen dengan mengunjungi makam leluhur mereka di pekuburan desa -- makam Lo'mo Sampulungan atau tetua Kampung Sampulungan yang dimakamkan di pemakaman desa.

Pembukaan ini kemudian dilanjutkan di alun-alun desa. Tepat di bawah 2 batang pohon yang berukuran sangat besar yang disebut pohon 'rita' atau pohon keramat, pesta adat Mappadekko digelar.

Acara pesta panen ini dibuka para tetua kampung yang berdoa mengharap keselamatan dan berkah bagi seluruh warga. Setelah tarian penyambutan ditingkahi irama dari pukulan alu pada lesung kayu, para warga pun mulai mengikuti acara inti Mappadekko ini.

Dengan mengambil alu yang terbuat dari balok kayu yang cukup besar, satu per satu warga pun maju dan saling menggebuk punggung warga lainnya hingga beberapa kali. Aksi saling gebukpun terus berlangsung dan saling pukul ini baru berhenti setelah alu yang mereka pegang patah.

Selain menggunakan kayu, warga pun saling menghantamkan batu kali ke punggung rekan mereka. Para warga yang menonton juga diminta untuk turun serta beberapa warga yang turut serta dalam atraksi saling gebuk itu.

Tak Ada warga yang merasakan sakit sedikit pun. Mereka percaya jika mereka dilindungi kekuatan penunggu kampung. Selama pesta adat berlangsung, belum pernah warga menemukan ada warga yang luka terkena pukulan kayu ataupun hantaman batu.

Tradisi pesta panen dan atraksi Mappadekko ini rutin diadakan setiap tahunnya. Warga percaya tradisi ini telah ada sejak masa leluhur mereka pada masa kejayaan Kerajaan Gowa abad ke-16. Selain sebagai bentuk upacara hiburan, upacara ini juga sebagai tanda syukur warga atas hasil panen yang melimpah. (Riz)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini