Sukses

Rahayu Saraswati: Perempuan Lebih Sedikit yang Korupsi

Caleg DPR Partai Gerindra dari Dapil Jawa Tengah IV menilai legislator perempuan lebih sedikit yang terlibat korupsi ketimbang legislator pria.

Meski terkadang dipandang sebelah mata, para legislator perempuan lebih sedikit yang melakukan tindak pidana korupsi dibandingkan legislator pria. Lantas, faktor apa yang menyebabkan anggota dewan dari kalangan perempuan jarang melakukan korupsi?

"Perempuan terbukti lebih sedikit yang korupsi. Karena perempuan akan memikirkan internal keluarga, terutama anak dan masa depannya. Yang korupsi itu yang nggak mikirin tentang itu," kata Ketua DPP Partai Gerindra, Rahayu Saraswati D. Djojohadikusumo, dalam pesan singkatnya kepada Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (15/6/2013).

Caleg DPR dari Dapil Jawa Tengah IV itu mengatakan dia pada awalnya tidak berniat maju menjadi caleg untuk Pemilu 2014. Karena berlatar belakang sebagai aktivis, membuatnya alergi dengan politik.

"Tetapi saat itu ada saran yang masuk kepada saya, kok tidak maju saja. Kakak saya bilang, tidak ada orang seperti kamu di dalam sistem. Membawa perubahan itu harus dari sistem politiknya. Banyak orang melihat politik sebagai tujuan, bukan untuk alat perubahan," cetus wanita yang akrab dipanggil Sara ini.

Sara berharap perhatian legislator hasil pemilu mendatang lebih peduli terhadap kasus perdagangan orang. "Karena mereka (DPR) masih minim perhatiaan terhadap kasus kasus perdagangan orang. Indonesia ini sudah dalam keadaan emergency untuk kasus seperti itu," ujarnya.

Keponakan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto ini juga mengkritik pemerintah yang lebih memikirkan kuota TKI ketimbang mencari alternatif lain untuk menyediakan pekerjaan. "Kok malah mikirin kuota kirim TKI, itu kebutuhan asing. Memang selamanya mau menjadi TKI?" ujarnya.

Seharusnya, lanjut Sara, pemerintah mengubah cara pandang dalam menyejahterakan rakyatnya. Salah satu cara untuk menekan angka perdagangan orang dan pengiriman TKI yang menurutnya harus segera dilakukan adalah memberikan pendidikan berkualitas yang merata diseluruh Indonesia.

"Banyak orang Indonesia menyekolahkan anaknya di luar negeri, ternyata karena pendidikan di Indonesia rendah, ini harus diubah," ujarnya.

Sayangnnya, lanjut perempuan yang menjabat Ketua Bidang Pengembangan Peranan Perempuan Tidar ini, pendidikan di Indonesia bukannya maju, malah mundur. "Matematika sama fisika dihapus, kita tidak mau punya insinyur apa? Atau memang maunya terus menerus menyewa orang asing untuk membangun infrastruktur di Indonesia," sesalnya. (Ado)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini