Sukses

Indonesia Musim Kemarau Tapi Malah Hujan, Ada Apa?

Beberapa tahun lalu, musim hujan dan kemarau dapat dengan mudah kita prediksi. Tapi kini 2 musim itu sulit ditebak.

Beberapa tahun lalu, musim hujan dan kemarau dapat dengan mudah kita prediksi. Tapi kini 2 musim itu sulit ditebak. Buktinya, bulan Maret, April, Mei, dan Juni ini yang seharusnya musim kering, malah sering turun hujan. Mengapa demikian?

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sri Woro menyatakan, saat ini tengah terjadi penyimpangan suhu permukaan laut di sejumlah wilayah di Indonesia.

"Suhu permukaan laut pada saat ini lebih tinggi dibanding normalnya," kata Sri Woro di Jakarta, Rabu (5/6/2013) malam.

Woro menjelaskan, anomali suhu permukaan air laut tersebut diperkirakan berdampak pada peningkatan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia khususnya Jawa dan Sumatera. Dengan demikian, musim kemarau tahun ini akan lebih banyak hujan dibandingkan dengan pola musim kemarau normal.

"Anomali cuaca ini kemungkinan besar masih akan berlangsung hingga beberapa bulan ke depan," tutur Sri.

Hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi diprediksi akan terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. "Peningkatan curah hujan meliputi wilayah Pulau Jawa, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara dan sebagian Maluku," ujar Sri.

Banjir dan Longsor

Kepala Pusat Data, Humas dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, peningkatan curah hujan diperkirakan akan berpengaruh pada bencana banjir dan longsor.

"Gangguan cuaca pada musim kemarau ini diprediksi berlangsung Juli sampai Agustus ke depan. Kondisi demikian dapat menyebabkan terjadinya hujan berintensitas tinggi dan menimbulkan banjir, longsor, memicu hama penyakit yang pada gilirannya menimbulkan gagal panen dan sebagainya," beber Sutopo.

Dia juga menambahkan, anomali pola angin yang berasal dari Samudra Hindia bergerak ke timur laut menusuk Jawa dan Sumatera, lalu berbelok ke timur menunjukkan pola yang mirip dengan musim penghujan.

"Pola angin itu mirip pola angin baratan atau monsunal Asia dari barat ke timur," tutup Sutopo. (Ant/Riz)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini