Sukses

Gadis Misterius Bergaun Merah Jadi Ikon Protes di Turki

Aksi damai yang awalnya menentang pembangunan replika barak militer Kekaisaran Ottoman dan mal di Taman Gezi meluas. PM diminta muncur.

Dengan gaun musim panas merah berbahan katun, seuntai kalung melingkar di leher, dan tas kanvas putih tersampir di bahu, perempuan ini pantas berada di sebuah pesta kebun.

Namun, ia seperti berada di waktu dan tempat salah. Di balik punggungnya, seorang polisi bertopeng maju selangkah, sekonyong-konyong menyemprotkan gas air mata yang luar biasa pedas ke wajahnya. Dari samping.

Perempuan yang tak diketahui identitasnya itu terbatuk-batuk. Wajahnya memerah. Polisi yang menyerangnya lantas berlalu, mengincar demonstran lain.

Fotonya lantas menyebar di sosial media, digunakan dalam poster dan stiker. Perempuan itu ternyata aktivis yang ikut serta dalam protes damai yang kini menjelma menjadi gerakan anti pemerintah di Turki.  

"Foto itu merangkum esensi dari protes ini," kata mahasiswa matematika, Esra, di Besiktas, dekat Selat Bosphorus, salah satu dari banyak kota yang menggelar demo minggu ini, seperti dimuat Daily Mail, 4 Juni 2013.

"Kekerasan yang dilakukan polisi menghadapi aksi damai. Padahal rakyat hanya ingin melindungi diri dan nilai-nilai yang mereka yakini."

Perempuan bergaun merah juga terpampang di poster yang dipajang di sebuah tembok di Istanbul. Di sana ia tampak jauh lebih besar dari polisi yang menyerangnya. "Makin banyak gas air mata yang kalian semprotkan, (jumlah) kami akan semakin besar," demikian slogan yang tertulis dalam poster.

AS dan Uni Eropa serta kelompok hak asasi manusia telah menyatakan keprihatinan terhadap tindakan keras polisi Turki terhadap demonstran.

Aksi damai yang awalnya menentang pembangunan replika barak militer Kekaisaran Ottoman dan mal di Taman Gezi, Istanbul -- salah satu dari sedikit ruang terbuka hijau yang masih tersisa -- berubah menjadi gerakan menentang pemerintahan Perdana Menteri  Recep Tayyip Erdogan yang massif, menjalar ke kota-kota lain di Turki. PM diminta mundur. Dipicu tindakan represif aparat keamanan pada pendemo.




Pemerintah Minta Maaf

Sementara, Wakil Perdana Menteri  Bulent Arinc Selasa kemarin meminta maaf pada para demonstran yang terluka. "Atas tindakan agresif polisi terhadap warga negara yang melakukan protes dan upaya melindungi lingkungan," kata dia seperti dimuat CNN.

Ia mengatakan, aparat hanya dibolehkan menggunakan gas air mata untuk membela diri.

Lalu, Bulent Arinc buru-buru menambahkan, "Saya tidak berpikir kita berhutang maaf kepada orang-orang yang menyebabkan kehancuran di jalanan dan yang mengganggu kebebasan masyarakat."

Turki Medical Association mengatakan, setidaknya 3.195 orang terluka akibat bentrok yang terjadi Minggu dan Senin lalu, 26 di antaranya dalam kondisi serius. Mereka yang terluka kebanyakan berada di Istanbul.

Salah satu demonstran,  Mehmet Ayvalitas, tewas akibat luka yang ia derita. Sementara gubernur Hatay di tenggara Turki mengatakan bahwa seorang pria 22 tahun, Abdulah Comert, tewas akibat ditembak senjata api oleh orang tak dikenal selama demonstrasi Senin lalu. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini