Sukses

Ledakan Poso, IPW: Polisi Harus Putus Rantai Kelompok Radikal

Untuk mencegah terus terjadinya serangan teroris, IPW mendesak polisi untuk memutus mata rantai kelompok radikal yang ada di Indonesia.

Bom bunuh diri di Markas Kepolisian Resort Poso, Sulawesi Tengah, dinilai Indonesia Police Watch (IPW) seolah menegaskan bahwa kelompok radikal masih punya kekuatan di Indonesia, bahkan seolah seperti punya hubungan satu sama lain. Kelompok radikal, khususnya di Poso dianggap memang terangkai dengan kelompok lainnya.

"Jaringan radikalisme Poso dan Solo masih terangkai. Dan kelompok-kelompok Upik Lawangan masih menghimpun kader-kadernya untuk membuat bom termos, bom buku, bom senter, dan lain-lain," kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane dalam keterangannya di Jakarta, Senin (3/6/2013).

Sementara di satu sisi, lanjut Neta, kinerja intelijen sampai saat ini masih belum maksimal dalam mendeteksi potensi dan kekuatan kelompok-kelompok radikal. "Inilah yang dikeluhkan banyak pihak," ujar Neta.

Sebab, menurutnya, kelompok-kelompok tersebut selalu melihat peluang untuk menebar teror. Sehingga potensi-potensi ini harus diputus mata rantainya. "Harus diputus mata rantai ini oleh polisi, agar radikalisme, khususnya di Poso bisa dihentikan," ucapnya.

Seperti diketahui, bom bunuh diri terjadi di Mapolres Poso, sekitar pukul 08.30 Wita. Sebelum meledakkan diri, pria itu dengan menggunakan sepeda motor menerobos masuk pintu gerbang Mapolres Poso yang dijaga petugas.

Pelaku diketahui langsung meledakkan bom di dekat Masjid At Taqwa. Bom itu menghancurkan tubuhnya, kecuali bagian kepala. Tidak ada korban jiwa baik dari polisi maupun sipil dalam aksi itu. Namun, seorang pekerja bangunan di Mapolres Poso terluka. (Ado/Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini