Sukses

Anggota DPRD Demokrat Ikut Demo Tolak KJS, Jokowi: Ya Bagus Dong!

Jokowi menilai, warga salah persepsi. "Uang itu kita kelola sendiri lho. Bukan dikelola oleh Askes."

Anggota Komisi A DPRD DKI Jakarta Taufiqurrahman yang juga penggagas hak interpelasi terkait program Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang diusung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi, turut berdemo menolak program itu. Taufiqurrahman bahkan berorasi di tengah-tengah demonstran yang berunjuk rasa ke depan Balaikota DKI.

Namun, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) tidak ingin menganggapi lebih jauh aksi ketua DPC Demokrat Jakarta Pusat itu. "Ya bagus. He-he-he. Ya bagus dong," Ikut demo kan bagus," ujar Jokowi sambil tertawa di Balaikota, Kamis (30/5/2013).

Salah satu tuntutan warga yang tergabung dalam Font Pengawal Program Pro Rakyat (FPPPR) itu, yaitu agar Pemerintah Provinsi DKI membatalkan kerja sama KJS dengan PT Askes. Alasannya kerjasama itu dinilai memiliki indikasi kolusi dan korupsi.

Jokowi menjelaskan bahwa premi kesehatan sebesar Rp 23.000 itu dikelola sendiri oleh Pemrov DKI. Sedangkan, peran PT Askes dalam program KJS hanya sebagai pendamping. PT Askes adalah badan pelaksana dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berdasarkan Undang-undang BPJS. Jokowi mengakui, masyarakat belum memahami hal itu.

"Uang itu kita kelola sendiri lho. Bukan dikelola oleh Askes. Pada keliru semua. Askes hanya mendampingi kita. Nggak ada lain-lainnya. Orang mikirnya pasti PT Askes ini bayar premi. Kita tidak bayar premi ke PT Askes. Ndak ada itu. Hehehe. Nggak ngerti aja itu," kata Jokowi.

Jokowi menegaskan kembali bahwa PT Askes hanya mendampingi Pemrov DKI dalam penerapan KJS dan sitem INA CBGs (Indonesian Case Based Group) sebagai daerah uji coba sistem itu. Sehingga mantan walikota Surakarta itu berharap tidak ada pengertian yang salah terhadap sistem tersebut.

"Kita ini yang pertama. Didampingi lho, tidak membayar premi lho. Jangan dibolak-balik. Dipikir kita asuransi untuk membayar premi. Ndak ada," ujar Jokowi.

Ia kemudian membandingkan KJS dengan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang dulu. Saat masa SKTM, pasien di rumah sakit tidak membludak karena belum sampai ke masyarakat. Selain itu, proses penggunaannya juga sulit, warga harus lebih dulu ke RT, RW, kelurahan, lalu ke puskesmas atau ke rumah sakit. Sehingga banyak warga yang sakit dan meninggal tetapi tidak terpantau karena mereka masih berada di rumah.

"Nah, sekarang sistem ini (KJS) sudah memberikan kesadaran masyarakat dan sangat simplel. Sehingga keliatan RS membludak. Ya, kalau RS membutuhkan tambahan ruang, itu dalam tindakan lapangan. Ini euforia pasien bertumpuk-bertumpuk. Itu yang tidak pernah dihitung," kata Jokowi. (Ein/Sss)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini