Sukses

Pasien KJS di RSUD Tarakan: Pelayanan Lebih Baik, Kamar Sulit

Pasien pemegang KJS mengakui adanya kemudahan pelayanan, namun makin sulit untuk mendapatkan kamar yang kosong.

Masyarakat miskin pemegang Kartu Jakarta Sehat (KJS) sudah bisa merasakan manfaat program ini secara langsung. Misalnya dengan prosedur yang kini tidak lagi berbelit-belit. Namun, di lapangan tetap terdapat kendala, seperti kurangnya jumlah ruangan kelas 3 yang diperuntukkan bagi pasien KJS.

"Sekarang sih sudah langsung ditangani, kalau dulu tahun 2010 pernah teman saya keadaan darurat tidak ditangani sampai akhirnya meninggal. Cuma itu, sekarang buat kamar susah banget, apalagi kita yang pakai KJS," kata Inggin (23), saat ditemui ketika mengantar neneknya ke RSUD Koja, Jakarta Utara, Kamis (30/5/2013).

Dia melanjutkan, saat ini masih banyak praktik percaloan yang dianggap bisa menghambat kesembuhan pasien yang harusnya segera dilayani secara terpisah di kamar rawat inap. Jika melalui calo, kamar yang semua dibilang penuh bisa jadi kosong.

"Sekarang kan semua orang maunya buru-buru. Nah, dokter dan pihak RS biasanya bilang kamar penuh semua. Saya sama Mama mana tega lihat Nenek lama-lama di IGD. Mungkin karena Nenek pakai KJS. Kebetulan saya ada saudara yang bisa urus, jadi dapat kamar," terangnya.

Dari pantauan Liputan6.com, saat ini penanganan dan pelayanan RSUD Koja bagi pemegang terus berlangsung. Sekalipun ruangan IGD penuh sesak hingga pihak RS menyediakan kasur untuk penanganan pasien yang baru masuk di lobi depan ruang IGD.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki T Purnama, mengatakan akan meminta pihak rumah sakit untuk menambah ruangan kelas 3. Pihak Pemprov DKI Jakarta juga menjanjikan dana hibah bagi RS yang menyulap ruang kelas 2 menjadi kelas 3. (Ado/Ism)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini