Sukses

Said Aqil: Banyak Sosok Dielukan, Tapi Tersangkut Kasus Memalukan

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) KH Said Aqil Siroj mengajak dan mengimbau umat Islam, khususnya masyarakat Nahdlatul Ulama (Nahdiyin), untuk kembali pada nilai luhur pesantren.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) KH Said Aqil Siroj mengajak dan mengimbau umat Islam, khususnya masyarakat Nahdlatul Ulama (Nahdiyin), untuk kembali pada nilai luhur pesantren.

Menurut Aqil, kondisi saat ini banyak pemimpin yang lupa terhadap nilai-nilai pesantren, sehingga banyak pejabat negara, politikus, dan pemimpin lainnya yang berprestasi di berbagai bidang, namun pada akhirnya banyak melakukan perbuatan tercela.

"Bagi bangsa Indonesia kembali kepada nilai-nilai nusantara adalah penting. Karena nilai-nilai nusantara merupakan wajah dan karakter budaya bangsa Indonesia. Kembali kepada pesantren sama halnya kembali kepada nilai luhur atau cita-cita bangsa ini," ujar Aqil dalam sambutan Hari Lahir ke-90 Nahdlatul Ulama, di Kantor PBNU, Jakarta, Senin (27/5/2013) malam.

Dijelaskan dia, pada asa kolonial, pesantren menjadi awal pendidikan agama di masyarakat, dari mulai pendidikan agama, umum sampai seni dan budaya. Maka dari itu, pesantren sangat penting bagi kemajuan masyarakat. Pesantren juga pada akhirnya melawan pendidikan kolonial yang hanya mengajarkan pendidikan duniawi.

"Pangeran Diponegoro yang piawai dalam perang dan politik ini, semua hasil dari pendidikan pesantren. Pendidikan yang semula dipisah antara pendidikan budaya dan Islam menggeser posisi pendidikan kolonial yang hanya mengajarkan pendidikan duniawi," ujarnya.

Pasca reformasi yang diwarnai arus globalisasi, lanjut Aqil, tak ada cara lain kecuali kembali kepada nilai luhur pesantren yang memiliki 2 makna, yakni fisik dan nilai. Secara fisik misalnya mengembalikan nilai-nilai kebersamaan dan gotong-royong atau kesederhanaan. Arus modernisasi dan globalisasi yang mengajarkan nilai-nilai egoisme dan individualisme menjadi penting untuk menerapkan nilai-nilai luhur pesantren yang santun, dan kebersamaan.

"Di sinilah pentingnya kembali kepada pendidikan pesantren yang mengajarkan nilai luhur yang diajarkan para ulama," ujarnya.

Lebih lanjut Aqil mengatakan, saat ini bangsa Indonesia sangat membutuhkan sosok ideal sebagai teladan seperti para nabi, Bung Hatta, Bung Karno, Ahmad Dahlan, dan para pejuang negeri ini.

Keteladanan, menurut Aqil, merupakan kunci utama sosok ideal. Namun sayangnya saat ini bangsa ini sedang mengalami krisis sosok ideal.

"Maka itu banyak orang yang menunggu-nunggu sosok Ratu Adil. Sekarang banyak sosok-sosok atau partai yang dielu-elukan, tapi pada akhirnya tersangkut kasus yang memalukan. Pada akhirnya rakyat kecewa."

Padahal dulu, lanjut Aqil, hampir semua pertempuran melawan penjajahan tak lepas peran dari para ulama yang dilahirkan dari pesantren. Meskipun ada peran kesultanan, tapi tak lepas dari peran kyai.

"KH Wahab yang lebih dekat dengan Bung Karno akhirnya dapat mengalahkan politik kolonial. Itulah yang dilupakan perjuangan KH Hasyim Asyari."

"Maka itulah saat ini penting NU kembali kepada spirit pesantren dalam menghadapi berbagai krisis di negeri ini," tandas Said. (Riz/*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.