Sukses

Rumah Jenderal TNI Purnawirawan di Pulogadung Juga Dirobohkan

"Ini ada pengkhianatan. Perjanjian digusur jam 09.00 WIB, tapi pukul 06.00 WIB mereka sudah mulai merangsek masuk. Serangan subuh ini namanya," kata Lintang.

Meski berlangsung ricuh, proses eksekusi di Kampung Srikandi RT 07 RW 003, Jatinegara Kaum, Pulogadung, Jakarta Timur, oleh aparat gabungan TNI, Polri dan Satpol PP terus berlangsung. Sedikitnya 140 rumah dirobohkan hingga rata dengan tanah yang dibantu 2 alat berat.

Di antara bangunan itu, 1 rumah milik purnawirawan tentara berpangkat Brigadir Jenderal TNI Lintang Waluyo juga ikut dirobohkan. Lintang yang terakhir menjabat Kepala Staf Komando Daerah Militer (Kasdam) Jayakarta itu mengaku pasrah atas penggusuran itu. Kendati demikian, Ia mempertanyakan langkah petugas keamanan yang begitu mendadak melakukan penggusuran.

"Ini ada pengkhianatan. Perjanjian digusur pukul 09.00 WIB, tetapi ini sekitar pukul 06.00 WIB mereka sudah mulai merangsek masuk. Serangan subuh ini namanya," kata Lintang di lokasi, Rabu (22/5/2013).

Ia merasa tertipu dengan adanya penggusuran ini oleh juru sita yang menyebut tidak akan ada penggusuran. "Mana juru sitanya? Dia nipu sampai jual nama Pangdam. Saya tanya Pangdam sampai pengadilan negeri, katanya tidak digusur," ujarnya.

Rumah yang ditinggalinya sejak tahun 2000 itu diakuinya memang tidak memiliki sertifikat tanah. Namun, dia hanya mempunyai girik atau surat tanah. Surat girik itu dibelinya pada tahun 1997 dari pemilik lamanya. Kemudian, tahun 2000 ada orang yang tiba-tiba mengklaim tanah ini dengan Hak Guna Bangunan (HGB).

"Saya beli tanahnya tahun 1997, mulai membangun rumah tahun 2000. Saat itu muncul orang yang mengklaim tanah ini dengan HGB Nomor 123. Ini semua penuh manipulasi," jelas Lintang.

Bersama istri dan 4 anaknya, Lintang menempati rumah yang memiliki luas tanah 1.000 meter persegi ini. Saat proses penggusuran, anak-anaknya sempat menangis melihat 2 alat berat menghujam tembok-tembok rumah Lintang yang berwarna krem.

"Anak-anak dan istri saya pasti kecewa. Mereka bisa trauma dan dendam, tapi saya berusaha menenangkan mereka. Dan saya mau berusaha mediasi untuk bertahan di sini. Kalau perlu saya beli ulang lagi tanah ini," ujar dia.

"Barang-barang, surat-surat, bahkan tanda jasa saya biarkan saja terkubur bersama reruntuhan puing. Lihat itu di depan. Itu merupakan peluru-peluru mortir, sisa perjuangan saya waktu pembebasan Kalimantan. Selesai, tamat sudah," tukas Lintang yang memasuki masa purnawirawan sejak tahun 2003 silam itu. (Adi/*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini