Sukses

Bedanya Caleg Aktivis dengan Pengusaha

"Kalo anggota DPR itu diisi para aktivis maka cakap sekali DPR itu. Karena para aktivis selalu mewarnai perdebatan yang memiliki pemahaman yang jelas," kata Rangkuti

Banyaknya para aktivis muda yang menjadi calon anggota legislatif (caleg) pada Pemilu 2014 mendatang dinilai dapat mewujudkan cita-cita demokrasi yang selama ini belum terwujud 100 persen. Jika para aktivis itu terpilih menjadi anggota DPR, diprediksi bisa mengubah kultur demokrasi di Indonesia. Lantaran, nilai-nilai perjuangan para aktivis yang selama ini digadang-gadang akan mewarnai dinamika politik di gedung parlemen.

"Kalau anggota DPR itu diisi para aktivis, maka cakap sekali DPR itu. Karena para aktivis selalu mewarnai perdebatan yang memiliki paham yang jelas dan tidak hanya sekadar cuma ingin ngomong saja," kata Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima) Ray Rangkuti dalam diskusi pemilu di Media Center KPU, Menteng, Jakarta, Jumat (17/8/2013).

Lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu menjelaskan ada perbedaan antara caleg aktivis dengan caleg pengusaha. Pertama dilihat dari segi pendanaan kampanye. Caleg aktivis tak memiliki dana yang sangat besar dibandingkan dengan para caleg yang berprofesi sebagai pengusaha.

"Ada sekitar 5.600 caleg berpikiran semua bisa diselesaikan dengan uang dalam masa kampanye. Karena itu, para caleg-caleg aktivis ini harus ber-mindset berbeda dengan para caleg itu," imbuh Ray.

Ia mengakui uang memang merajalalela saat kampanye, tetapi akan hilang begitu saja ketika pada saat pemilihan digelar. Namun yang tidak bisa hilang dari pikiran masyarakat untuk memilih para calon wakil rakyat adalah visi dan misi yang disampaikan oleh para caleg.

"Karena itu para caleg aktivis harus berkampanye dengan cerdas tanpa mengandalkan uang. Apalagi saat ini perilaku pemilih banyak mengalami perubahan pada saat pemilu. Dan masyarakat juga kadang melihat caleg berdasarkan ketokohan serta soal ideologi. Dan itu bisa dimanfaatkan para caleg aktivis," imbuh mantan aktivis 98 itu.

Kehadiran para caleg aktivis di gedung parlemen, menurut dia, sangatlah diharapkan. Lantaran dapat mengubah kultur demokrasi yang lebih sehat dan hidup di dalam parlemen, serta betul-betul memperjuangkan nasib rakyat, sebagaimana diperjuangkannya melalui aksi demonstrasi di jalan ketika masih menjadi aktivis kampus dan pemuda.

"Para aktivis ini masih memiliki sensitivitas perjuangan. Jadi kalau aktivis yang mengisi parlemen, maka demokrasi akan tercipta dengan baik," demikian Ray. (Adi/*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini