Sukses

LPI: Pemilu 2014, Pemilih `Cinta Monyet` Capai 29 Persen

Pemilih cinta monyet ini berpeluang bertambahnya suara parpol baru, jika parpol cerdas untuk memikat hati mereka.

Hasil kajian Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) menunjukan pemilih volatile (migrasi pemilih) atau pemilih "cinta monyet" mencapai 29,9 persen. Pemilih cinta monyet ini berpeluang bertambahnya suara parpol baru, jika parpol cerdas untuk memikat hati mereka.

Ada beberapa alasan munculnya pemilih cinta monyet. "Pertama mereka tidak punya referensi ideologis yang umumnya terdapat pada pemilih pemula dan parokial di daerah-daerah," ujar Direktur LPI Boni Hargens dalam diskusi bertema Peta Pergeseran Partai di Pemilu 2014 di Jakarta, Rabu (15/4/2013).

Alasan lain munculnya pemilih cinta monyet juga dipengaruhi dominasi iklan dan political branding partai politik yang memiliki finansial besar dan media massa. "Ini biasanya akan dilirik parpol yang punya dan yang besar."

Faktor lain yang melahirkan pemilih cinta monyet juga karena partai politik yang ada tidak cukup kuat menunjukkan ideologinya. Ini terlihat dari semua partai politik yang memiliki ideologi kuat hanya sedikit.

Selain itu, kata Boni, karena krisis informasi dan pengetahuan politik tentang partai politik terus ada kejenuhan mereka terhadap penampilan partai dan elitnya soal kebijakan tak populis. "Ini bisa dipengaruhi seperti kasus-kasus korupsi di parpol," ujarnya mencontohkan.

Angka pemilih cinta monyet ini, kata Boni, diprediksi beberapa partai dalam Pemilu 2009 akan kehilangan pemilihnya. Bukan tidak mungkin satu partai dengan partai lain akan dipilih pemilih cinta monyet.

"Pada tingkat volatilitas umum 29.9 persen pada 2009, dengan asumsi angkat ini tidak berubah pada 2014, maka tiap partai berpotensi kehilangan atau kelimpahan suara," terangnya.

Pelimpahan suara dari pemilih cinta monyet ini, imbuh Boni, akan didapatkan oleh partai yang memiliki citra baik atau membaik. Tapi bagi partai yang citranya rusak akan berpotensi kehilangan suara minimal. (Ein/*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.