Sukses

[VIDEO] Mardhan, Pengabdian untuk Penyandang Ketunaan

Mardhan bersama Hartati mendirikan yayasan dari nol yang menaungi sekolah gratis untuk mendidik anak berkebutuhan khusus.

Bagi anak berkebutuhan khusus, masa depan cerah adalah sebuah mimpi. Untuk menggapai mimpi itulah Mardhan bersama istrinya mendirikan yayasan yang menaungi sekolah gratis bagi anak berkebutuhan khusus untuk meraih masa depan layaknya anak normal. Dedikasinya yang tinggi membuat Mardhan terpilih sebagai nominator Liputan 6 Award.

Dalam tayangan Liputan 6 SCTV, Sabtu (11/5/2013), minimnya fasilitas pendidikan yang khusus bagi mereka ditambah dengan sifat tertutup orangtua yang kerap malu dengan kondisi buah hatinya menjadi rintangan anak berkebutuhan khusus untuk maju. Kondisi itulah yang terjadi di Kendari, Sulawesi Tenggara.

Pada akhir 1990, Mardhan bersama istrinya Hartati mendirikan sebuah yayasan dari nol yang berkonsentrasi penuh menaungi sekolah gratis yang mendidik anak penyandang tuna khusus untuk meraih masa depan layaknya anak normal. Manfaat gemblengan yang diajarkan Mardhan sangat dirasakan Guru Syamsul.

Meski usianya 37 tahun, Syamsul tak pernah tahu seperti apa wajah dunia sesungguhnya karena terlahir dalam kondisi buta. Meski demikian, Syamsul justru menjadi guru pendidikan kewarganegaraan di sebuah Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kendari. Perubahan hidup Syamsul itu terjadi saat ia bertemu dengan pasangan suami istri Mardhan dan Hartati.

Di sekolah yang bebas biaya ini, selain menuntut ilmu, anak-anak berkebutuhan khusus pun diajari cara mandiri dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Niat baik pasangan suami istri itu pada awalnya mendapat cemoohan. Tak terhitung materi yang dikorbankan pasangan suami istri itu. Sebab hampir seluruh biaya operasional kegiatan SLB hingga dana untuk memberi pangan anak-anak tunanetra yang tinggal di rumahnya diambil dari kocek sendiri.

Ratusan anak berkebutuhan khusus di Kendari itu tercatat menjadi murid SLB Mandara. Selain di kelas, mereka juga diajarkan berbagai ketrampilan mulai dari salon, menjahit, memasak, hingga bengkel.

Mardhan menyadari potensi yang dimiliki anak-anak berkebutuhan khusus bisa dikembangkan menjadi sebuah prestasi. Banyak perubahan yang dirasakan oleh para murid setelah menjadi siswa di SLB Mandara.

"Kami ingin mereka bisa hidup mandiri juga layaknya orang normal. Dan mereka pun bisa membuktikannya dan akan menjadi tumpuan bagi masyarakat untuk seterusnya," kata Mardhan.

Aktivitas tanpa pamrih itu sangat dirasakan para murid dan orangtua. Mereka mengaku sangat senang dengan seluruh kegiatan, sehingga potensi mereka bisa berkembang.

"Senang bisa sekolah di sini karena ingin maju," kata Yuni, siswi penyandang tunanetra

Untuk tayangan lengkapnya, Anda bisa menyaksikan perjalanan hidup Mardhan yang merupakan kandidat penerima penghargaan Liputan 6 Award itu melalui video di bawah ini. (Adi/*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini