Gerhana Matahari, Bosscha: Jangan Lihat Dengan Mata Telanjang

Pada Jumat 10 Mei pagi ini, sejumlah wilayah Indonesia mengalami Gerhana Matahari Sebagian (GMS). Bagi yang ingin menyaksikan fenomena alam itu diimbau tidak melihat dengan menggunakan mata telanjang.

"Pengamatan secara langsung tanpa kacamata penapis cahaya Matahari tidak direkomendasikan. Bisa menggunakan kacamata milar atau kacamata yang dilapis dengan negatif film sebanyak 5 lembar," ujar peneliti Observatorium Bosscha Moedji Raharto kepada Liputan6.com di Jakarta, Kamis (9/5/2013)

Pengamatan gerhana Matahari secara langsung dengan mata telanjang, jelasnya, dapat merusak retina mata dan bisa mengakibatkan kebutaan. Bagi yang akan mengabadikan perlu mencari tempat yang baik untuk pengamatan dan mempersiapkan kamera maupun teleskop dengan penapis cahaya Matahari.

"Mudah–mudahan langit cerah, sehingga dapat menyaksikan maupun mengabadikan gerhana Matahari," imbuh Moedji.

Gerhana Matahari Sebagian akan terjadi di Yogyakarta pada waktu Matahari terbit dalam keadaan gerhana dan pada akhir gerhana Matahari sebagian berakhir pada pukul 06.27 WIB, tinggi Matahari hanya 11 derajat. Di Bandung pada waktu Matahari terbit dalam keadaan gerhana dan pada akhir gerhana Matahari Sebagian berakhir pada pukul 06.27 WIB kedudukannya lebih rendah hanya 8 derajat.

"Di Ternate GMS dimulai pukul 04.50 WIB, tinggi Matahari sekitar 6 derajat dan ketika GMS berakhir pada pukul 06.45 WIB dengan tinggi Matahari mencapai +33 derajat. Pada momen akhir GMS di Indonesia tinggi Matahari bervariasi dari 0 derajat di Pekanbaru hingga 52 derajat di Jayapura," terang Moedji.

Sebagian kota-kota di Indonesia dapat menyaksikan gerhana Matahari itu antara selama 1 menit di Pekanbaru, hingga 2 jam 44 menit di Jayapura. (Mut)