Sukses

Menonton Adu Bagong di Kuningan

Warga Kuningan, Jabar, biasa menonton adu bagong, sebuah pertarungan hidup dan mati. Bagi si babi, vonis mati memang sudah di tangan. Seekor babi bisa dihadapkan dengan empat atau lima anjing.

Liputan6.com, Kuningan: Sang babi hutan menguik. Meski terpojok, masih berupaya memberikan perlawanan kepada sejumlah anjing pit-kam--blasteran anjing impor jenis American pitbull atau American straffordshire terrier dengan anjing kampung--yang mengerubunginya. Moncong dan sepasang taring melengkungnya yang lancip masih terus disabet ke kiri dan kanan untuk membalas terkaman si anjing. Babi hutan itu tak peduli dengan tengkuknya yang terluka. Dia masih berupaya bertahan. Sementara riuh sorak penonton di sekeliling arena terus memberi semangat kepada anjing pemburu agar tak meloloskan si babi.

Cukup mengerikan memang, atraksi yang digelar di kawasan Waduk Darma Kuningan, Jawa Barat, bertepatan dengan musim libur sekolah itu. Warga setempat biasa menyebutnya adu bagong, sebuah pertarungan hidup dan mati. Bagi si babi, vonis mati memang sudah di tangan. Sementara anjing pemburu, meski ganas, terkadang kewalahan menaklukan babi hutan. Apalagi, jika babi hutan melawan balik dengan taringnya.

Acara ini diperkirakan berlangsung sejak puluhan tahun silam dan biasa digelar seusai Lebaran atau musim liburan sekolah. Tempatnya berpindah-pindah dan mampu mengundang penonton hingga ribuan orang yang kemudian berseru di sekeliling arena, menyemangati anjing pemburu yang terlatih.

Menurut seorang pawang babi hutan bernama Karman, selain sebagai hiburan, pertunjukan adu bagong juga sebagai ajang untuk menunjukan keberanian hewan piaraan warga yang terlatih menghalau babi hutan. Atraksi ini diduga ada sejak 1960-an, ketika banyak petani setempat mengeluh karena kebunnya dirusak babi hutan. Mereka kemudian mulai memikirkan cara mengatasi gangguan tersebut hingga akhirnya ditemukan teknik paling tepat, yaitu berburu babi hutan dengan bantuan kawanan anjing. Karman melanjutkan, anjing yang sangat pemberani dipastikan bernilai jual tinggi. "Anjing yang kayak gitu memilih mati daripada lari," kata Karman.

Pada pertunjukan di Waduk Darma kali ini, ada sekitar 50 anjing peserta milik warga dari berbagai jenis. Acara ini tak menghasilkan juara, sebaliknya pemilik anjing yang justru membayar kepada pawang yang juga menjadi pemilik babi hutan.(SID/Ridwan Pamungkas)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini