Sukses

Bom Ujian Aparat Berseragam Cokelat

Polisi terus mengusut peledakan di malam Natal. Tujuh tersangka telah ditentukan, kendati dua lainnya buron. Inilah ujian buat polisi yang kerap tak tuntas mengusut kasus ledakan.

Liputan6.com, Jakarta: Kerja polisi benar-benar diuji. Serangkaian ledakan bom di malam natal, dua pekan silam, benar-benar membuat repot aparat berseragam cokelat. Maklum, bukan perkara gampang mengusut tuntas kasus yang menggemparkan Tanah Air ini. Apalagi, tanpa pernah bisa diduga, di penghujung tahun 2000, ledakan dahsyat itu meledak secara serentak, menghantam gereja dan sekitarnya.

Sejauh ini, polisi telah menentukan tujuh tersangka. Dari mereka, lima orang telah ditangkap. Tapi, dua lainnya masih buron. Tiga orang kini tengah ditahan di Kepolisian Daerah Jawa Barat, seorang di Polda Jatim, dan seorang lainnya di Polda Metro Jaya.

Menurut Kepala Dinas Penerangan Brigadir Jenderal Saleh Saaf, dua orang tersangka Aceng dan Iqbal masih buron. Sketsa wajah mereka telah disebarkan. Kedua orang tersebut diduga kuat terlibat dalam pendistribusian bom ke berbagai wilayah. Terungkap pula, perakitan bom dilakukan di sebuah rumah toko milik H. Aceng di Jalan Terusan Jakarta, Bandung. "Siapa saja yang melihat tampang kedua wajah segeralah melapor ke polisi," kata Kadispen.

Sedangkan otak pengendali peledakan di enam provinsi di Indonesia diperkirakan berada di wilayah Bandung. Dari hasil pemeriksaan polisi, diketahui batu baterai yang digunakan sebagai komponen bahan peledak berasal dari luar negeri. Toh, polisi belum bisa mengungkapkan adanya keterlibatan orang asing atau kelompok organisasi kemasyarakatan.

Ada info menarik. Tim Pencari Fakta (fact finding bentukan Forum Indonesia Damai punya cerita lain. Mereka memaparkan, ada dua jenis bom yang digunakan dalam aksi peledakan pada malam Natal, yakni bom berbentuk tabung dan kerucut. Bom berbentuk tabung dengan kapasitas yang tidak maksimal digunakan untuk meledakkan sejumlah tempat di Jakarta. Sedangkan bom berbentuk kerucut antara lain digunakan di Mojokerto, Jawa Timur.

Menurut Sekretaris tim tersebut, Munir, kedua jenis bom itu banyak digunakan aparat. Kendati demikian, tim pencari fakta masih akan melacak lebih jauh. Apalagi, banyak sejumlah data yang harus dikaji ulang. Sejauh ini, tim pencari fakta mencoba melihat karakteristik dari pelaku peledak bom.

Sementara itu, diperoleh fakta bahwa bom di Batam berjenis timer, detonator, dan baterai yang digunakan bukan jenis yang biasa dijual di Indonesia. Timer-nya dan baterainya bermerek Sunway yang hanya terdapat di Singapura dan Malaysia. "Jenis ini tidak umum dijual di Indonesia," tegas Saleh. Sedangkan detonatornya merek IDL buatan India.

Selain itu diperoleh informasi bahwa bahan peledak yang digunakan di beberapa tempat memiliki kesamaan. Yakni, mengandung unsur gotri, paku, logam, campuran TNT, mangan, dan sulfur. Sedangkan daya ledak bom itu mencapai 45 hingga 50 kilometer dengan kedalaman 30 sentimeter. Sedangkan jenis bom yang meledak seluruhnya diletakkan dalam tas hitam merek Discover, dengan berat keseluruhan mencapai 14 kilogram setiap tas.

Masih menurut Saleh, dari rentetan cara dan modus operandi hingga bahan peledak ala pelaku pengeboman tempat-tempat ibadah di sejumlah tempat di Indonesia, juga memiliki kesamaan. Pada umumnya, alat peledak diletakkan di bawah atau di dalam mobil. Atau dengan cara memberikan dalam bentuk sebuah parsel. Sementara di beberapa lokasi, peledak juga diletakkan di halaman rumah ibadah. "Umumnya, bahan peledak disimpan di dalam tas yang sebagian ditemukan pula baterai, timer, detonator, dan bahan peledak di dalamnya," ujar Saleh.

Saleh menduga, orang yang memakai bom ini bisa merakit sesuai dengan buku panduan. Untuk melacak lebih jauh, Polri secara resmi sudah meminta bantuan TNI untuk mempercepat hasil pekerjaan Polri. "Bantuan TNI sangat mendukung upaya penuntasan kasus pengeboman ini," tambahnya.

Apa pun penjelasan Saleh. Tak bisa dimungkiri bahwa polisi kebobolan dalam mengamankan masyarakat di malam Natal. Sebab, sejak Oktober silam, suatu tim anti-peledakan bom yang beranggotakan perwira-perwira muda Polri sudah mengisyaratkan bahwa masih ada bom yang diduga belum tersita. Bom tersebut diketahui masih berada di masyarakat setelah beberapa orang pelaku pengeboman di Bursa Efek Jakarta diperiksa. Mereka mengatakan, bom yang dipakai untuk meledakkan BEJ berkaitan dengan puluhan bom yang mereka beli di Bandung. Bom yang belum disita itu, tak diketahui penyimpanannya karena dibawa jaringan pelaku pengeboman.

Semoga saja peristiwa ini tak lagi terulang dan menjadi pelajaran di masa mendatang. Agar tak ada lagi kerepotan polisi yang membuat sakit kepala.(RSB)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini