Sukses

Pernikahan Agung Adat Yogya Go Show di Beijing

Pernikahan agung adat Yogyakarta ditampilkan di Beijing. Go show ini untuk memperkenalkan salah satu kebudayaan Indonesia kepada masyarakat internasional umumnya dan China khususnya.

Pernikahan agung adat Yogyakarta ditampilkan di Beijing. Go show ini untuk memperkenalkan salah satu kebudayaan Indonesia kepada masyarakat internasional umumnya dan China khususnya.

Keterangan tertulis KBRI Beijing, Sabtu (27/4/2013) menyebutkan, pernikahan agung adat Yogyakarta tampil dalam rangkaian "Indonesian Cultural Heritage Exhibition 2013" di hadapan sekitar 200 tamu yang terdiri atas duta besar perempuan, para istri duta besar asing, anggota ASEAN Ladies' Circle.

Prosesi pernikahan diawali dengan acara siraman pengantin putri. Dimulai dengan sungkeman sebagai permohonan izin dan wujud bakti anak kepada orang tua, serta restu orang tua terhadap anak sebelum memasuki masa pernikahan.

Orang tua pengantin putri mencampurkan air yang berasal dari 7 sumur sebagai simbol kesejahteraan. Acara siraman pengantin dimulai dari orang tua pengantin diikuti oleh para tamu kehormatan. Mereka adalah istri Duta Besar RI untuk China Sri Nuraeni Cotan, diikuti istri Duta Besar Kamboja Khek Caimealy Sysoda, dan istri Duta Besar Finlandia Brigitta Backstrom.

Upacara siraman diakhiri dengan pemotongan rambut pengantin dan pemecahan kendi sebagai simbol pecahnya pamor pengantin putri.

Prosesi dilanjutkan dengan upacara panggih adat keraton Yogyakarta. Kostum yang dikenakan peraga juga menampilkan kemegahan busana adat keraton Yogyakarta. Para peraga yang bergerak dengan khidmat menuju pelaminan mampu menumbuhkan suasana sakral yang membuat para hadirin terpukau.

Penyerahan hantaran pisang sanggan dan kembar mayang dari pihak pengantin putera yang diterima oleh kerabat pengantin puteri, mengawali rangkaian prosesi pengantin menuju pelaminan.

Pengantin dipandu menuju pelaminan, kemudian saling melempar sirih. Pengantin putri mencuci kaki pengantin putera sebagai simbol penghormatan istri kepada suami. Kerabat pengantin puteri memecah telur sebagai simbol doa dan harapan bagi kebahagiaan kedua mempelai.

Prosesi dilanjutkan dengan pondhongan, atau menjunjung pengantin putri yang dilakukan oleh pengantin putra dan kerabat pengantin putri, tompo koyo dan dahar walimah sebagai simbol tanggung jawab seorang suami dan diakhiri dengan sungkeman terhadap kedua orang tua.

Sri Nuraeni Cotan, istri Duta Besar RI untuk China selaku tuan rumah, mengatakan, Indonesia memiliki budaya yang sangat beragam, termasuk tata upacara adat pernikahan.

"Pernikahan adat Jawa yang ditampilkan kali ini hanyalah salah satu dari tata upacara adat pernikahan yang dimiliki oleh Indonesia," katanya.

Untuk memandu prosesi pernikahan itu, KBRI Beijing mengundang pakar pernikahan adat Jawa Tienuk Riefki beserta tim.

Selain pagelaran upacara pernikahan adat, dalam acara tersebut juga ditampilkan tari Sekar Pudyastuti dari Yogyakarta, tari Terunajaya dari Bali dan salsa yang dibawakan Ibu-ibu anggota Dharma Wanita KBRI Beijing. (Ant/Sss)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.