Sukses

VIDEO: Lumpuh Total, Een 'Kartini' Mengajar dari Atas Kasur

Hanya mata dan mulut Een yang bisa digerakkan, namun semangat mengajarnya tidak pupus.

Semangat dan tekad keras Raden Ajeng Kartini di awal abad ke-20 untuk memperjuangkan kaum perempuan kini diteruskan dengan beragam cara. Kaum perempuan Indonesia di masa kini berjuang untuk menunjukkan kemampuan.

Liputan 6 SCTV, Minggu (21/4/2013) mengangkat 3 perempuan yang berjuang pantang menyerah dalam Sosok Minggu Ini. Mereka adalah Mbah Redjo, Een Sukaesih, dan Stephanie Handoyo.

1. Mbah Redjo

Pagi masih buta, matahari belum bangkit dari peraduan. Rubiyah yang biasa disapa Mbah Redjo sudah sibuk beraktivitas. Dia mengemasi barang dagangannya: mainan anak-anak. Usai salat Subuh, kaki tuanya terayun menyusuri jalan, dari Dusun Pandes, Bantul, Yogyakarta, menuju Pasar Gamping, Sleman, yang berjarak 15 kilometer.

Usianya yang telah mencapai 82 tahun tidak membuat nenek ini menyerah. Dia berusaha tetap mandiri, tidak mau menyusahkan anak-anaknya.

Mbah Redjo mengais rezeki dengan membuat dan menjual mainan anak-anak untuk mengisi periuk nasinya. Meski sudah renta, optimisme dan semangat Mbah Redjo membuktikan keterbatasan bisa dikalahkannya.

Mainan buatan Mbah Redjo dijual dengan harga antara Rp 1.000 hingga Rp 4.000. Rata-rata dia bisa mendapat Rp 25.000 hingga Rp 50.000 setiap hari. Hasil itu cukup untuk modal dan makan selama 2 hari.

2. Een Sukaesih

Tubuh Een Sukaesih lumpuh total. Hanya mata dan mulutnya saja yang bisa digerakkan oleh perempuan berusia 28 tahun ini. Namun, semangat mengajar Een ini tidak pupus.

Een merupakan lulusan Sekolah Pendidikan Guru dan D3 IKIP Bandung Jurusan Bimbingan dan Konseling. Dia tiba-tiba mengalami kelumpuhan, sehingga gagal menjadi guru di sekolah.

Namun, kondisi ini tak membuatnya kecewa. Dia membaktikan diri dengan mengajar anak-anak dari rumah. Dari atas tempat tidurnya, Een mengajar anak-anak di lingkungannya.

Een tidak memungut biaya. Bahkan dia kerap menyumbangkan buku atau alat tulis. Dengan motivasi kuat, Een tetap berusaha mencerdaskan anak-anak di desanya. Dengan segala keterbatasan itu.

3. Stephanie Handoyo

Puluhan medali dan penghargaan diraih Stephanie Handoyo sejak tahun 2007. Gadis kelahiran Surabaya 5 November 1991 ini meraih medali emas cabang renang di Special Olympics World Summer Games Athena 2011.

Remaja yang karib disapa Fanny ini juga termasuk  20 anak yang dipilih dari 12 juta anak di dunia untuk membawa obor olimpiade di Notingham, Inggris 2012.

Tak hanya mumpuni di bidang olahraga, Stephanie sebagai penyandang down syndrome juga pandai memainkan tuts piano. Dia bahkan juga berhasil lulus dari sekolah menengah pariwisata dan mendirikan usaha binatu. (Eks)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.