Sukses

Eks Petinggi KPU: Parpol Pilih Caleg Perempuan Sarat Politik Uang

Partai politik di Indonesia dinilai belum memerhatikan sosok perempuan untuk menjadi kader atau pun calon legislatif.

Partai politik di Indonesia dinilai belum memerhatikan sosok perempuan untuk menjadi kader atau pun calon legislatif. Calon perempuan disebut-sebut baru direkrut partai hanya untuk memenuhi kuota.

Oleh karena itu, hal ini dinilai sarat dengan politik uang, karena calon perempuan yang direkrut parpol cenderung karena adanya pemberian uang, bukan karena sosok wanita itu sendiri.

"Jadi secara sistem, partai ini belum ada di parpol. Masih sekadar adanya tekanan publik. Kalau dia (partai) komitmen, dia akan rekruitmen (perempuan). Setelah rekruitmen, baru menjadi calon. Ini kan langsung jadi calon. Kalau begitu ada indikasi ada money politics," ujar Mantan Ketua KPU Ramlan Surbhakti dalam diskusi bertema 'Kuota Perempuan, Antara Kualitas dan Keharusan di KPU', Rabu 17 April 2013.

Dijelaskan dia, sebaiknya perekrutan caleg perempuan mesti diawali dengan perekrutan sebagai kader dari sebelumnya dalam jangka waktu yang cukup lama. Sehingga, caleg wanita yang dipilih benar-benar membawa visi misi partai. Bukan karena politik uang.

"Kalau dia (partai) rekruitmen (caleg terlebih dahulu), berarti (caleg tersebut) sudah punya visi misi komitmen partai," ucap Ramlan.

Dia menilai, di negara maju, dalam tubuh partai, terlihat laki-laki dan perempuan bekerja sama dengan baik. Tapi tidak demikian dengan yang terjadi di Indonesia.

"Di negara maju, partai bisa bekerjasama dengan perempuan dan laki-laki. Ini di indonesia, saya belum lihat. Karena karakteristik politik perempuan sebenarnya adalah kerjasama," tutup Ramlan. (Riz)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.