Sukses

Daftar Penerbangan Nahas Lion Air

'We Make People Fly', demikian moto perusahaan penerbangan swasta komersial Lion Air dikumandangkan. Semboyan yang menyimpan semangat kenyamanan penumpang di atas segalanya.

'We Make People Fly', demikian moto perusahaan penerbangan swasta komersial Lion Air dikumandangkan. Semboyan yang menyimpan semangat kenyamanan penumpang di atas segalanya.

Pada 2003 lalu, Lion Air mengklaim memiliki 25 pesawat terbang. Pada ulang tahunnya yang ketiga, yang dirayakan pada 30 Juni 2003, Lion Air tercatat memiliki jalur penerbangan ke 24 kota di Indonesia serta 2 kota di mancanegara, yaitu Malaysia dan Singapura. Selanjutnya pada Juli 2010, meningkat menjadi 56 tujuan.


Kecelakaan Lion Air

Seiring semangat yang diembuskan, beberapa kecelakaan terjadi. Daftarnya cukup panjang. Pengelola Lion Air pun sampai harus mengganti pesawat yang digunakan. Pesawat itu antara lain McDonald Douglas (MD) 82 dan 90.

Ketika pertama kali menggunakan Boeing 737-200, terjadi kecelakaan pada 14 Januari 2002. Lion Air Penerbangan 386 PK-LID rute Jakarta-Pekanbaru-Batam gagal mengudara (take off). Pesawat terjerembab setelah lebih dari 5 meter badan pesawat meninggalkan landasan pacu di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru. 7 Orang penumpang cedera dan patah tulang.

Pada 3 Juli 2004, Lion Air tergelincir ketika mendarat di Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang, Sumatra Selatan. Pesawat dengan nomor register PK-LMV yang melayani jalur Jakarta-Palembang itu tergelincir hingga 115 meter. Kuat dugaan pesawat yang mengangkut 154 penumpang itu terpeleset akibat landasan licin akibat hujan deras.

Pesawat jenis Boeing MD 82 nomor penerbangan LNI 332 ini seharusnya mendarat di runway 29 pukul 21.00 WIB. Namun karena jalur licin, pesawat tergelincir. Akibatnya, seluruh ban pesawat amblas sampai kedalaman 30 sentimeter. Pihak Lion Air membantah dugaan bahwa pesawat itu tidak layak terbang. Mereka menyatakan pesawat yang dibuat pada 1985 itu pernah diperbaiki pada 1993.

Kejadian cukup parah dialami Lion Air dengan nomor JT 538 jenis MD-82 dari Jakarta. Pesawat tergelincir ke luar landasan Bandar Udara Adi Sumarmo, Solo, Jawa Tengah, Selasa 30 November 2004. Pesawat yang mengangkut 140 penumpang ini keluar dari landasan pacu dan nyelonong ke areal persawahan. Kondisi badan pesawat terbelah 2.

31 Penumpang meninggal dalam peristiwa tragis itu. Salah seorang korban adalah pengurus Partai Kebangkitan Bangsa Yusuf Muhammad atau akrab disapa Gus Yus. Ia dimakamkan di Jember, Jawa Timur.

Pada 3 Februari 2005, pesawat MD 82 bernomor penerbangan JT 791 tergelincir keluar lebih 8 meter dari landasan pacu Bandar Udara Hassanudin Makassar, Sulawesi Selatan. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Namun sejumlah penerbangan terganggu selama 2 jam.

Pada Sabtu 4 Maret 2006, pesawat Lion Air dari Denpasar, Bali, tergelincir saat mendarat di Bandar Udara Juanda, Surabaya, Jawa Timur. Diduga peristiwa ini terjadi karena cuaca yang buruk. Seluruh penumpang pesawat bernomor IW 9887 selamat.

Pesawat jurusan Ambon-Surabaya via Makassar milik Lion Air mengalami kecelakaan saat mendarat di Bandar Udara Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu 18 Januari 2006. Ban depan pesawat dengan nomor penerbangan JT-8787 jenis MD-82 pecah. Sang Pilot mengaku baru tahu kondisi roda tidak normal ketika melintasi jalur parkir lapangan terbang.

Pada 5 Mei 2006, Lion Air mendarat darurat di Bandar Udara Syamsudin Noor, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Beruntung, dalam pendaratan darurat itu semua penumpang selamat.

Lion Air tujuan Jakarta kembali gagal mengudara dari Bandar Udara Sultan Syarif Kasim, Pekanbaru, Jumat 7 April 2006, karena satu rodanya rusak. Pesawat yang sudah melaju di landasan pacu ditarik kembali ke areal parkir bandara. Kerusakan baru diketahui setelah pesawat siap berangkat pada pukul 15.00 WIB.

Lalu pesawat Lion Air jurusan Jakarta-Surabaya-Ambon bernomor penerbangan JT-790 jenis MD-90 keluar dari landasan. Insiden terjadi saat mendarat di Bandar Udara Pattimura, Ambon, Selasa 2 Januari 2007.

Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan LNI-793, Jumat 6 Juli 2007, terperosok di landasan Bandar Udara Jalaluddin, Gorontalo. Kecelakaan diduga terjadi akibat pilot salah perhitungan ketika membelokkan pesawat untuk take off. Akibatnya ban depan pesawat yang mengangkut 160 orang melewati lantai landasan dan terbenam di tanah. Semua penumpang dan awak pesawat selamat.

Keberangkatan pesawat Lion Air jenis Fokker MD 90 dari Bandar Udara Ambon, Maluku, tertunda selama 9 jam karena ada gangguan mesin, Minggu 22 April 2007. Penumpang Lion Air mengaku kecewa karena tidak diberitahu kalau pesawat mengalami kerusakan.

Pesawat MD-90 milik maskapai Lion Air, Jumat 7 November 2008, gagal lepas landas lagi. Penyebabnya ban depan terperosok ke luar landasan di Bandar Udara Jalaluddin, Gorontalo. Pesawat tujuan Makassar dan Jakarta itu terperosok saat hendak berputar di ujung landasan pacu untuk lepas landas.

Pada 23 Februari 2009, pesawat Lion Air mendarat darurat di Bandar Udara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau. Regu penyelamat dan anggota pemadam kebakaran bandara langsung menyambut pendaratan pesawat.

Selanjutnya pada 9 Maret 2009, Lion Air tergelincir keluar landasan di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Penyebab tergelincirnya pesawat yang datang dari Makassar, Sulawesi Selatan, karena hujan deras. Pesawat bernomor penerbangan JT-793 mengangkut 166 penumpang dan 6 awak pesawat.

Pada Sabtu 27 Juni 2009, Lion Air Boeing MD 82 tujuan Jakarta-Mataram tergelincir saat mendarat di Bandar Udara Selaparang, Mataram, Nusa Tenggara Barat. Menurut penuturan seorang penumpang, pesawat tergelincir saat membelok. Roda pesawat tiba-tiba tidak bisa berputar.

Pesawat Lion Air gagal mendarat di Bandar Udara Wolter Monginsidi, Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu 18 April 2009, karena cuaca buruk. Pesawat Boeing 737-400 dengan nomor penerbangan GT728 itu akhirnya mendarat darurat di Bandara Hasanuddin, Makassar, Sulsel.

Lion Air buatan Boeing 737 seri 400 dari Jakarta tergelincir di ujung landasan Bandar Udara Supadio Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa 2 November 2010. Menurut Kepala Divisi Operasi PT AP II Supadio Irmadasi, pesawat mengangkut 100 penumpang lebih.

Pesawat Lion Air kembali tergelincir di Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II, Selasa 15 Februari 2011. Pesawat dengan kode penerbangan JT 0295 itu terbang dari Medan, Sumatra Utara. Insiden ini terjadi pukul 17.45 WIB dan seluruh penumpang dikabarkan selamat.

Yang terbaru, kecelakaan terjadi di laut Bali. Pesawat Lion Air JT 904 jurusan Bandung-Bali jatuh sekitar pukul 15.35 Wita, Sabtu 13 April lalu. Pesawat membawa 101 penumpang dan 7 kru. Dari 101 penumpang, sebanyak 50 orang diketahui mengalami luka ringan. Akibat kecelakaan ini 3 penerbangan dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung menuju Denpasar, Bali tertunda.

Evaluasi Lion Air

Pada 8 Februari 2005, penyebab kecelakaan di Bandara Adi Sumarmo terkuak. Fungsi sistem pendaratan yang tidak optimal ditambah cuaca buruk. Hasil itu didapat melalui investigasi yang dilakukan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) selama beberapa bulan.

Manajer Hubungan Masyarakat Lion Air Hasyim Arsyad al Habsyi mengatakan prinsip penerbangan murah yang diupayakan Lion Air dengan moto We Make People Fly sama sekali tak mengenyampingkan faktor keselamatan. Penerbangan murah tidak ada hubungannya dengan keselamatan. Lion Air bertanggung jawab terhadap semua korban di Bandara Adisumarmo dan akan mengganti semua kerugian.

KNKT pun sempat merekomendasikan semua pesawat jenis MD-82 yang banyak digunakan pesawat Lion Air dikembalikan ke pabriknya untuk didesain ulang. Ketua KNKT Setyo Rahardjo waktu itu mengatakan desain ulang itu dimaksudkan untuk menempatkan posisi tombol di bawah tuas agar tak mudah ditekan. Karena pada pesawat yang mengalami kecelakaan, tombol yang ada di bawah tuas gas pesawat terlalu sensitif.

Pada Mei 2005, maskapai penerbangan Lion Air membeli 60 pesawat jenis Boeing 737 dengan total harga US$ 3,9 miliar atau US$ 65 juta per pesawat. Manajemen Lion Air mengatakan, Boeing dipilih karena hemat bahan bakar. Dengan Boeing, Lion dapat menghemat 100 ribu galon bahan bakar per pesawat setiap tahun.

Pada 10 Maret 2009, Menteri Perhubungan Jusman Syafi'i Djamal meminta Lion Air tidak lagi menggunakan pesawat MD 90 buatan MC Donnel Douglas. Menanggapi permintaan itu, Direktur Umum Lion Air Edward Sirait mengatakan, pihaknya secara bertahap bakal menghentikan penggunaan pesawat MD90 dan MD82 mulai Mei mendatang.

Lion Air tercatat telah memesan 430 unit pesawat dari Boeing. Kemudian memesan 234 pesawat tipe A320 dari Airbus. Menurut Direktur Utama Lion Air Rusdi Kirana, alasan pihaknya membeli pesawat dari Airbus adalah agar perseroan tidak hanya bergantung pada satu produsen pesawat terbang.

"Dua-duanya sama-sama bagus. Spesifikasi kurang lebih sama. Alasan utama kami memesan pesawat ke Airbus karena kami tidak ingin bergantung pada satu produsen saja," ungkap Rusdi di Toulouse, Prancis seperti dilaporkan Nurseffi Dwi Wahyuni dari Paris, Selasa 19 Maret lalu.

Lion Air di Laut Bali Tercanggih

Dirut Lion Air Edward Sirait mengklaim pesawat Lion Air JT 904 jurusan Bandung-Denpasar yang jatuh di Laut Bali merupakan termasuk pesawat tercanggih di kelasnya. Pesawat dalam kondisi yang layak.

Pesawat itu merupakan produksi Boeing dengan tipe 737-800 NG. Dipesan Lion langsung dari pabrikan pesawat Boeing.

Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 904 sebenarnya sudah siap mendarat di landasan. Tapi tiba-tiba jatuh ke laut karena gagal mencapai landasan.

Misteri penyebab jatuhnya pesawat yang baru diproduksi tahun 2012 ini masih belum terjawab. Belum diketahui mengapa pesawat Lion Air ini gagal mencapai landasan hingga jatuh di air pada Sabtu kemarin.

"Penumpang katakan sudah siap mendarat, checklist sudah selesai, pilot sudah prepare untuk mendarat, mungkin runaway-nya sudah siap. Tiba-tiba saja, kenapa ada di air. Di sini pertanyaan paling besar," ujar Presiden Federasi Pilot Indonesia Hasfrinsyah, Minggu (14/4/2013).(Ais)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini