Sukses

Tolak Meminta Maaf, Ketua PBNU: PKI Adalah Pemberontak

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menolak meminta maaf kepada Partai Komunis Indonesia (PKI). Alasannya PKI bukanlah korban, melainkan pemberontak.

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menolak meminta maaf kepada Partai Komunis Indonesia (PKI). Alasannya PKI bukanlah korban, melainkan pemberontak.

"Mereka memang menuntut negara, TNI, dan NU meminta maaf, tapi hal itu tidak mungkin karena NU itu anti-komunis dan komunis itu bertentangan dengan Pancasila. NU memiliki bukti sejarah bahwa PKI adalah pemberontak yakni shalawat badar dan Banser," jelas Ketua PBNU Slamet Effendy Yusuf Surabaya ketika berbicara dalam seminar nasional "Kebebasan dan HAM dalam Koridor Pancasila" di Kantor PCNU Surabaya, Jawa Timur, Minggu (14/4/2013).

Pada waktu yang sama, Rais Syuriah PBNU KHA Hasyim Muzadi menambahkan penyusupan itu bukan hanya dalam bentuk "Paguyuban Korban Orde Baru". Tapi mereka juga menyusup ke parlemen di Senayan, birokrasi melalui pilkada langsung, dan bahkan menyusup ke NU.

"Banyak anak-anak muda NU yang mulai tertarik dengan ajaran Marxisme dan banyak kalangan yang mulai melihat pemberontakan G-30-S/PKI sebagai rekayasa Orde Baru. Padahal generasi sekarang tidak tahu banyak tentang PKI. NU punya bukti siapa mereka," ucap Hasyim.

Hal senada diungkapkan Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen yang sekarang menjadi politisi Partai Persatuan Pembangunan. "Pemberontakan PKI sebagai rekayasa Orba itu tidak benar, karena PKI sempat mengajak Soeharto, tapi Soeharto tidak mau," kata Kivlan.

Pandangan itu juga dibenarkan staf khusus Kapolri Brigjen Pol Anton Tabah. "Generasi muda sekarang perlu diberitahu fakta yang sebenarnya terjadi saat itu, karena PKI memutarbalikkan fakta, sedangkan generasi muda tidak mengalami fakta yang sebenarnya. karena melawan PKI merupakan jihad yang sesungguhnya, karena PKI itu memiliki pola yang lihai yakni penunggangan atau penyusupan yang bila tidak diwaspadai akan menyebabkan terjadi ketegangan lagi seperti tahun 1948 dan 1965," katanya.(Ant/Dji)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini