Sukses

Dunia Ketar-ketir, Korea Utara Malah Pesta Pora

Jika Rudal Musudan jadi diluncurkan, daya jangkaunya akan mencapai Guam, pangkalam militer AS di Pasifik Barat.

Negara-negara di Asia timur laut sedang gelisah, di tengah peringatan dari Amerika Serikat dan Korea Selatan yang menyebut, Korut bisa saja melakukan uji coba nuklir, sewaktu-waktu tanpa peringatan.

Jepang telah mengerahkan sistem pertahanan rudal sekitar Tokyo, beberapa turis China membatalkan kunjungan ke Korea Utara, sementara satelit dan radar AS memindai area pantai timur Korea, di mana rezim Kim Jong-un diyakini telah menyiapkan rudal balistiknya dan mengisinya dengan bahan bakar cair.

Situasi di Semenanjung Korea luar biasa tegang pasca ancaman Pyongyang.

Laksamana Samuel J. Locklear, komandan tertinggi AS di Pasifik bahkan mengaku, ia tak ingat pernah ada situasi setegang ini di wilayah tersebut sejak Perang Korea tahun 1950-an.

Sebelum dua peluncuran roket kontroversial yang dilakukan Korut tahun lalu, rezim paling tertutup di muka bumi itu sudah sering mengeluarkan ancaman pada dunia. Namun, apa yang sebelumnya dikira gertak sambal, kini ditanggapi amat serius.

"Menurut laporan intelijen yang disampaikan dari pihak kami dan AS, kemungkinan peluncuran rudal Korut amat tinggi," kata Menteri Luar Negeri Korsel, Yun Byung-se dalam sesi dengar pendapat dengan parlemen, Rabu (10/4/2013), seperti dilaporkan Yonhap dan dilansir kembali oleh CNN.

Dia menambahkan, rudal yang dimaksud adalah Musudan, senjata yang belum pernah diuji coba sebelumnya. Disebut, ia memiliki daya jangkau sejauh 3.500 kilometer. Artinya, bisa mencapai Guam, wilayah Pasifik Barat yang menjadi lokasi pangkalan angkatan laut dan udara AS -- Amerika Serikat telah memasang sistem senjata anti-rudal di sana.

Menlu Yun menambahkan, peluncuran rudal bisa dilakukan kapanpun, tanpa peringatan Korut, untuk memenuhi standar pemberitahuan pada pihak penerbangan komersial dan pelayaran -- agar menjauh dari rute rudal.

Berdasarkan sumber, sebagian besar informasi AS berasal dari citra satelit, sehingga tidak mungkin didapatkan kesimpulan yang pasti karena Amerika Serikat tidak dapat mengumpulkan informasi di lapangan, langsung dari negara yang mengisolasi diri itu.

Yang jelas, peluncuran itu bisa dilakukan dalam waktu dekar, namun yang pasti, bahkan AS "tak punya petunjuk kapan".  Sementara Laksamana Locklear menegaskan, pihaknya tak sekonyong-konyong menembak jatuh rudal itu, jika diluncurkan. Namun siap mencegatnya, jika sasarannya adalah sekutu AS, semisal Jepang.

Sebelumnya, Korut telah memperingatkan warga asing meninggalkan Korsel, juga menarik lebih dari 50 ribu pekerjanya dari zona industri bersama Korsel -- yang menjadi simbol kerjasama dua negara yang sejatinya bersaudara.

Korut Berpesta

Di tengah kegelisahan ini, kabar bertolak belakang justru datang dari Korea Utara. Kantor berita Korean Central News Agency (KCNA), media satu-satunya sekaligus corong pemerintah Korut memberitakan, sejumlah acara olahraga dijadwalkan untuk memperingati ulang tahun ke-110 presiden abadi, Kim Il Sung, pendiri Korut sekaligus kakek dari penguasa belia Kim Jong-un. "Turnamen olahraga membuat negara ini dipenuhi atmosfer liburan," demikian dikabarkan KCNA.

Termasuk dalam gala olahraga adalah lomba marathon internasional yang digelar hari Minggu di Pyongyang. KCNA juga menyebut delegasi pertukaran sains dan pendidikan Jepang-Korea akan tiba dengan pesawat Selasa lalu.

Sejumlah warha Korut juga berkumpul di lapangan-lapangan, memakai pakaian terbaik mereka, menarikan tarian massal.

Sejumlah pengamat Korut menyebut, propaganda dalam negeri fokus pada promosi pembangunan ekonomi. Sementara permusuhan digaungkan dengan menargetkan pihak asing.

Warga AS "Terancam"

Apapun retorika yang digaungkan Korut, warga Korsel yang kenyang dengan segala ancaman bombastis, bergeming. Mereka tetap menjalankan kehidupan sehari-hari, seakan tak terpengaruh.

Efek justru dirasakan publik AS, 41 persen dari yang disurvei merasa Korut sebagai ancaman langsung bagi AS. Demikian berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan CNN/ORC International poll.

Direktur Polling CNN Keating Holland mengatakan, angka tersebut naik 13 persen hanya dalam kurun waktu kurang dari sebulan. "Jika pemimpin Korut Kim Jong-un ingin cari perhatian dari publik AS, strateginya mulai berhasil," kata dia. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini