Sukses

Korban Lapas Sleman Disebut Preman, Keluarga Adukan ke Wantimpres

Keluarga korban penyerangan di Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta tak senang jika 4 tahanan yang dibunuh 11 anggota Kopassus disebut sebagai preman.

Keluarga korban penyerangan di Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta tak senang jika 4 tahanan yang dibunuh 11 anggota Kopassus disebut sebagai preman. Pihak keluarga menilai pengusutan terhadap 4 tahanan itu belum usai.

"Agar opini publik tentang ungkapan preman berubah, maka kami sangat ingin agar kasus ini harus ditangani dengan cara-cara yang tepat," kata Viktor Marbain, kakak korban Johanne J Mambait, di Kantor Dewan Pertimbangan Presiden, Jakarta, Rabu (10/4/2013).

Menurut Viktor, adiknya masih anggota polisi dengan pangkat Bripka. "Jadi bukan preman yang tidak jelas," ujarnya.

Viktor berharap, dengan bantuan Wantimpres, aparat penegak hukum dapat membuka kasus tersebut. Sehingga pihaknya bisa mendapatkan keadilan dan opini mengenai preman tidak ada lagi.

Di tempat yang sama, kakak dari Adrianus Galaja yang akrab disapa Dedi, Johannes Silado, mengatakan adiknya pergi ke Yogyakarta untuk kuliah. Bukan sebagai preman.

"Presiden sebagai kepala negara dan benteng berkaitan kejahatan hak asasi manusia. Harus menentukan langkah-langkah luar biasa dalam mengklarifikasi adanya opini publik terhadap sebutan preman. Hukum dibuat untuk manusia," ujarnya.

Sebagai keluarga korban, lanjut Johannes, pihaknya meminta kasus ini dibuka secara transparan. Pada prinsipnya terkuak semuanya.

"Kami meminta semuanya harus dibuka dimulai dari peristiwa Hugo's Cafe. Jelas kata-kata preman menjadikan orang NTT merasa terintimidasi. Hilangkan opini preman, dan jangan ada lagi spekulasi menutup-nutupi kasus ini," ujarnya. (Ary)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini