Sukses

Korban Pengeboman Malam Natal Bertumbangan

Peledakan bom di malam Natal yang hampir serempak menghilangkan nyawa 29 orang dan hampir seratus korban luka-luka. Inilah buah perilaku orang-orang profesional tak bertanggung jawab.

Liputan6.com, Jakarta: Korban peledakan bom yang terjadi nyaris serentak di malam Natal mencapai 29 orang tewas dan 95 orang luka berat. Keseluruhan korban tersebut berasal dari pusat pengeboman di sejumlah Gereja di Jakarta, Mojokerto (Surabaya), Bandung, Sukabumi (Jawa Barat), dan Pekanbaru (Riau). Sementara kasus bom di Medan dan Nusatenggara Barat tidak menimbulkan korban jiwa.

Pengeboman yang paling tragis terjadi di Pekanbaru. Jumlah korban tewas mencapai lima orang dan 27 orang luka-luka. Sedangkan Jakarta korban tewas sebanyak tiga orang, masing-masing Ronny Hariadi dan Hendra Putra --keduanya jemaah Gereja Santo Yosep di Jalan Matraman Jakarta Pusat-- serta korban lain adalah Abdul Karim, penjual rokok di sekitar gereja tersebut.

Sementara itu di Bandung korban ledakan bom sebanyak tiga orang tewas dan tujuh orang lainnya luka-luka. Ketiga korban tewas pada ledakan pertama masing-masing Enjang dan Bastian. Sementara seorang korban tewas lainnya, sejauh ini, belum dapat diidentifikasi. Korban luka-luka pada ledakan kedua terjadi saat anggota Brigade Mobil dan anggota Kepolisian Wilayah Kota Besar Bandung akan menjinakkan sebuan bom rakitan yang ditemukan dalam sebuah tas besar. Namun tiba-tiba bom meledak dan mengakibatkan empat anggota kepolisian luka-luka yakni Sersan Dua Hidayat, Sersan Mayor Dody, Sersan Satu Zainudin, Barada Yoyong. Semua korban itu harus mendapatkan perawatan serius di Rumah sakit Santo Yosep dan RS Hasan Sadikin.

Dari Sukabumi dikabarkan dua orang jemaah Gereja Huria Kristen Batak Protestan Indonesia tewas. Bom diidentifikasi dimasukan ke dalam sebuah kado yang diserahkan seorang wanita yang diberikan pada anak kecil. Dengan kepolosannya anak itu memasukan kado tersebut pada mobilnya.

Sementara seorang anggota Barisan Anshor Serbaguna Riyanto yang tewas ketika sedang menjaga Gereja Eben Hazer di Mojokerto, kini telah dimakamkan. Pemakamannya diiring-iringi ribuan Banser dari Surabaya. Riyanto tewas terkena serpihan bom karena terlambat membuang peledak tersebut yang dikemas dalam kantong plastik. Bom tersebut diletakan di sebuah telepon umum di depan gereja oleh seseorang yang tidak dikenal.

Pengeboman yang terjadi hampir bersamaan di sejumlah gereja di Jakarta dan di beberapa kota di Tanah Air disinyalir dilakukan kelompok profesional. Aksi teror itu selain bertujuan menggoyang pemerintah berkuasa juga untuk membuat rasa takut dan panik masyarakat. Demikian Presiden Abdurrahman Wahid ketika memberi keterangan kepada pers sesaat akan melakukan penerbangan ke Irianjaya, Senin (25/12) pagi.

Hal senada juga dilontarkan Pemimpin Keuskupan Indonesia di Jakarta Pastor Julius Kardinal Darmaatmadja. Darmatmadja menilai pengeboman gereja sebagai tindakan orang yang tidak memiliki perhitungan akal serta di luar batas kemanusiaan. Sebab itu, pemerintah tidak harus ragu-ragu dan bertindak tegas dalam mengusut kasus tersebut. Selain itu dia juga mengharapkan kepada umat Kristiani agar tidak mudah terpancing dalam kasus pengeboman tersebut.

Kecaman serupa datang dari Pusat Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia. Lewat Wakil Sekretaris Umum PGI Richard M. Daulay organisasi itu menilai pengeboman gereja bertujuan untuk memecah belah umat dan membuat kekacauan di tengah masyarakat.

Meskipun teror bom masih menghantui, ribuan jemaah Kristiani sejak pukul 07.00 WIB mulai berdatangan ke Gereja Katedral di Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Mereka tidak menampakkan roman khawatir. Kendati demikian penjagaan di sejumlah pintu masuk gereja diperketat. Setiap jemaat harus rela digeledah dan antri menjalani pemeriksaan. Pemeriksaan serupa juga dilakukan di Gereja Santo Yosep di Jalan Matraman, Jakarta Timur dan di Gereja Kanisius, Menteng, Jakpus.

Sementara itu Kepala Polisi RI Jenderal Polisi Surojo Bimantoro telah mengidentifikasi kesamaan bom yang meledak. Menurut Kapolri, karakteristik bom yang diledakkan diberbagai tempat baik di Jakarta maupun di beberapa kota di Indonesia mempunyai karakteristik yang sama. Bahan dan teknik pembuatannya relatif sama. Rata-rata berat bom berkisar antara 3,5-4 kilogram. Mengenai pelakunya sudah dapat dipastikan seorang yang sangat profesional. Hal ini bisa terlihat dari ledakan yang terjadi serentak, sekitar pukul 21.00 WIB.(YYT/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini