Sukses

Kopassus Ngaku Serang Lapas Sleman, Idjon Djanbi 'Tutup Mulut'

Tak ada tulisan apapun lagi, setelah sebelumnya menuliskan 2 notes yang berisikan tudingan kepada polisi.

Tim Investigasi TNI telah mengakui, pasukan yang menyerang dan menembak mati 4 tahanan di Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta, adalah 11 anggota Grup II Kopassus. Laporan Tim Investigasi TNI ini pun langsung mematahkan tudingan Idjon Djanbi di akun Facebook yang menyebut polisilah yang menyerang Lapas Sleman.

Kini, akun Facebook Idjon Djanbi pun 'tutup mulut'. Tak ada tulisan apapun lagi, setelah sebelumnya menuliskan 2 notes yang berisikan tudingan kepada polisi.

Dalam tulisan sebelumnya, secara rinci akun facebook itu membeberkan kronologi mulai dari terbunuhnya anggota Kopassus Serka Santoso oleh 4 tahanan yang tewas di Lapas Sleman itu, hingga tragedi terjadinya penyerangan Lapas.

Ia juga menunjukkan foto-foto korban bersimbah darah di dalam sel Lapas Sleman. Foto-foto itu menunjukkan titik-titik peluru yang menembus tubuh dan wajah 4 tahanan serta selongsong peluru yang berserakan.

Di akhir tulisannya, ia menyatakan bahwa penyerang Lapas Sleman adalah pasukan Brimob Polisi terkait dua kartel narkoba di tubuh kepolisian. Kopassus disimpulkannya hanya sebagai kambing hitam.

Namun, tulisan itu terbantahkan setelah Tim Investigasi TNI mengakui penyerang Lapas Cebongan adalah anggota TNI AD dari Grup II Kopassus Kartosuro. Ketua Tim Investigasi Brigjen TNI Unggul Kawistoro Yudhoyono membeberkan, 11 pelaku penyerangan itu terdiri dari 1 eksekutor, 8 pendukung, dan 2 pelaku lainnya. Sebanyak 3 pelaku berasal dari daerah pelatihan Gunung Lawu.

"Eksekutor berinisial U," jelas Unggul di Jakarta, Kamis 4 April kemarin.

Sedangkan 8 pendukung lainnya, lanjut Unggul, diketahui datang dengan menggunakan 2 unit kendaraan yakni Avanza biru dan Suzuki APV hitam. Selain itu, terdapat 2 orang menggunakan 1 mobil Feroza yang berusaha mencegah usaha rekan-rekannya itu namun tidak berhasil.

Unggul mengungkapkan, tindakan yang dilakukan 11 anggota Kopassus itu dilandasi jiwa Korsa. Jiwa itu adalah untuk membela kehormatan kesatuan. "Ini roh setiap satuan militer," kata Unggul.

Menurutnya, jiwa Korsa itu muncul dilandasi atas peristiwa pengeroyokan dan pembunuhan yang dilakukan kelompok preman di wilayah Yogyakarta terhadap anggota Kopassus atas nama Serka Heru Santoso.

"Pembunuhan secara tragis, sadis, dan brutal itu oleh kelompok preman di DIY atas nama Sertu Heru Santoso, yang notabene adalah atasan langsung pelaku yang berjasa menyelamatkan pelaku dalam sebuah operasi dan dilatarbelakangi juga oleh pembacokan Sertu Sriyono, mantan anggota Kopassus yang merupakan rekan satu angkatan pelaku," paparnya.

Unggul juga mengungkapkan, para pelaku dalam menjalankan aksinya menggunakan 6 pucuk senjata. "Terdiri dari 3 pucuk jenis AK-47 yang dibawa dari daerah latihan, 2 pucuk AK-47 replika, dan 1 pucuk pistol shower replika," papar Unggul. (Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini