Sukses

Siapa Idjon Djanbi, Si Penuding Polisi di Balik Kasus LP Sleman?

Sebuah akun Facebook dengan nama Idjon Djanbi menyebarkan tulisan berjudul 'Pelaku Penyerangan LP Sleman Adalah Aparat Kepolisian'.

Sebuah akun Facebook dengan nama Idjon Djanbi menyebarkan tulisan berjudul 'Pelaku Penyerangan LP Sleman Adalah Aparat Kepolisian'. Tulisan itu menuding, kasus penyerangan di LP Cebongan, Sleman, yang menewaskan 4 tahanan pembunuh anggota Kopassus itu adalah ulah polisi yang melibatkan dua kartel narkoba di tubuh kepolisian.

Hingga kini belum diketahui siapa orang di balik akun Idjon Djanbi tersebut. Namun, nama Idjon Djanbi sendiri merupakan nama yang dekat dengan Kopassus.

Penelusuran Liputan6.com, Selasa (2/4/2013), Idjon yang memiliki nama lengkap Mochamad Idjon Djanbi merupakan seorang pria Belanda yang lahir di Kanada pada 1915. Sebelum menjadi Warga Negara Indonesia, ia bernama Rokus Bernadus Visser. Awalnya bisa sampai ke Indonesia, ia ditugaskan untuk memukul mundur pasukan Jepang yang menjajah Indonesia.

Ketika Jepang sudah berhasil dikalahkan, Visser jatuh cinta terhadap Indonesia dan memutuskan untuk menetap. Ia pun meminta istri dan empat anaknya untuk menetap bersamanya di Indonesia, tapi hal itu ditolak. Kecintaan Visser terhadap Indonesia melebihi cintanya terhadap sang istri, akhirnya mereka bercerai. Visser pun mencari istri baru, seorang wanita Sunda. Setelah menikah, barulah ia mengubah nama menjadi Mochammad Idjon Djanbi.

Berdasarkan sejarah Kopassus yang dimuat di laman resmi www.kopassus.mil.id, Mayor Mochamad Idjon Djanbi merupakan mantan Kapten KNIL yang pernah bergabung dengan Korps Special Troopen dan pernah bertempur dalam perang dunia II. Idjon diangkat menjadi Komandan pertama Kesatuan Komando Teritorium III yang merupakan cikal bakal Korps Baret Merah Kopassus .

Dalam perjalanannya satuan itu beberapa kali mengalami perubahan nama diantaranya Kesatuan Komando Angkatan Darat (RPKAD) pada tahun 1953, Resimen Pasukan  Komando Angkatan Darat) pada tahun 1952, selanjutnya pada tahun 1955 berubah menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).

Pada tahun 1966 satuan ini kembali berganti nama menjadi Pusat Pasukan Khusus TNI AD (Puspassus TNI AD), berikutnya pada tahun 1971 nama satuan ini berganti menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha). Pada Tahun 1985 satuan ini berganti nama menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus) sampai sekarang.

Tak Diusut

Polri menegaskan tidak akan mengusut kasus 'surat kaleng' atas nama Idjon Djanbi. Polri akan fokus pada perkara penyerangan Lapas Cebongan yang menewaskan 4 tahanan itu. "Kami sedang fokus pada perkaranya," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta, kemarin.

Menurut Boy, informasi dari dunia maya sangat bervariatif. Siapa saja bisa membangun cerita-cerita dan opini. Karena ini eranya globalisasi informasi. "Siapa saja bisa membuat akun facebook atau twitter. Itu sarana yang efektif untuk membangun opini," jelas Boy kemarin.

Masyarakat juga diimbau pandai-pandai menyaring berita dan informasi, terutama dari dunia maya. Kendati hak masyarakat untuk mengakses segala informasi dari dunia internet. "Tapi apabila ada yang menyesatkan dan mengadu domba, sebaiknya tidak ditanggapi. Itu berbeda dengan proses investigasi yang selalu dirujuk fakta akurat," kata Boy lagi. (Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini