Sukses

Penyerangan Lapas Sleman: Mafia, Teroris, Atau?

Cepat, tepat, dan terancana. Itulah gambaran aksi sejumlah pasukan siluman saat menyerang Lapas Cebongan, Sleman.

Cepat, tepat, dan terancana. Itulah gambaran aksi sejumlah 'pasukan siluman' saat menyerang Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta, Sabtu 23 Maret 2013 sekitar pukul 01.30 WIB.

Humas Direktorat Jenderal Lapas Akbar Hadi mengungkapkan, malam itu para penyerang memaksa masuk ke dalam lapas melalui pintu portir dengan menodongkan senjata. Mereka menyuruh petugas lapas tiarap dan langsung merusak CCTV.

Selain bersenjata, mereka juga menggunakan topeng sebo dan rompi yang diduga anti peluru, serta granat untuk mengancam penjaga lapas. "Mereka memaksa petugas menunjukkan kamar 4 penghuni," kata Akbar.

Setelah menemukan orang-orang yang dicari ada di kamar A5, para penyerang sekonyong-konyong melepas tembakan hingga 4 penghuni lapas itu tewas. Diketahui, keempat korban itu merupakan tahanan kasus dugaan pengeroyokan anggota Kopassus Sersan Satu Santoso (31) di Hugo's Cafe Maguwoharjo, hingga tewas.

Tak hanya itu, Direktur Keamanan dan Ketertiban Ditjen Pemasyarakatan, Wibowo Joko Harjono mengatakan, para penyerang juga menganiaya petugas lapas. "10 petugas lapas dianiaya, dua terluka di dagu dan di lutut, karena didorong-dorong," kata Wibowo.

Seorang petugas bahkan sampai pingsan. "Dia didorong, ditengkurapin, lalu diinjak sampai pingsan," papar dia.  Usai menembak, pelaku meminta para tahanan yang selamat untuk bertepuk tangan. Setelah itu, para pelaku langsung meninggalkan lapas.

"Tepuk tangan itu berdasarkan saksi dan masih didalami lebih lanjut," ujar Kapolda DIY Brigjen Pol Sabar Rahardjo di Sleman, Rabu 27 Maret.

Berdasarkan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan keterangan saksi, polisi menyebutkan adanya sandi khusus yang digunakan para pelaku. "Ada (sandi khusus), tapi itu bagian dari penyelidikan. Artinya apakah dialek, perawakan, ciri-ciri, alat-alat apa yang dipakai pasti digali di situ. Itu namanya proses olah TKP. Proses pemeriksaan bisa terbangun seperti apa profile pelaku," tambah Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar.

Atas dasar itu, Polri tidak menutup kemungkinan pelaku penyerangan itu adalah kelompok teroris. Menurut Boy, aksi terorisme di Indonesia memiliki banyak pola. Polri kembali akan membuka catatannya, apakah aksi berdarah di Sleman itu punya kesamaan dengan unsur penyerangan terorisme. "Dari cara-cara yang ada selama ini, kami akan buka kembali bagaimana kaitan dengan teroris. Akan kami analisis dalam beberapa peristiwa, apakah Poso, apakah Papua," ucap Boy.

Meski begitu, Kadiv Humas Polri Irjen Pol Suhardi Alius menambahkan, hingga kini polisi belum memutuskan mendayagunakan satuan Densus 88 Anti-Teror untuk membantu menyelesaikan kasus itu. "Belum ada Densus diturunkan, itu usulan. Tapi sampai saat ini belum ada. Nanti kita lihat tergantung kepentingannya," kata Suhardi.

Saking sistematisnya aksi itu, Anggota Komisi III DPR Didi Irawadi Syamsuddin menilai, penyerangan yang dilakukan sekitar 17 orang itu seperti serangan ala mafia. "Aksi ala mafia yang menyerbu Lapas itu baru pertama kali terjadi. Aksi gaya hukum rimba itu jelas sangat serius dan amat meresahkan," ucap politisi Partai Demokrat itu kepada Liputan6.com.

Sementara, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono telah menyatakan, akan menindak tegas anggota Kopassus jika terbukti terlibat dalam penyerangan itu. "Nanti kalau hasil pemeriksaan mengarah ada anggota yang terlibat, kalau ada ya, nanti akan dilakukan proses lebih lanjut," tegas Agus di Kantor Presiden, Jakarta Pusat, Senin 25 Maret lalu. (Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini