Sukses

Mengapa Longsor Maut Terjadi di Cililin? Ini Kata BNPB

Relokasi warga diperlukan agar tak lagi jatuh korban akibat longsor. Tapi, itu sulit.

Bencana tanah longsor di Kampung Nagrok, Desa Mukapayung, Cililin, Bandung Barat, Jawa Barat telah menelan 10 korban tewas dan 7 lainnya tengah pencarian. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, musibah juga menyebabkan sekitar 70 warga Kampung Nagrok terpaksa mengungsi, lantaran Desa tersebut termasuk dalam zona bahaya tinggi longsor.

"Beberapa kejadian longsor di derah tersebut pernah terjadi, seperti pada tahun 2001, 2009, dan 2012. Penyebab utama longsor adalah curah hujan dan pengaruh aktivitas manusia. Permukiman dibangun di bawah lereng perbukitan dengan kemiringan curam, yaitu berkisar antara 40-60 derajat," jelas Sutopo melalui keterangan persnya, Selasa (26/3/2013).

Apalagi kata Sutopo, sebagian besar perbukitan dibudidayakan menjadi lahan pertanian tanaman semusim. Nyaris tidak ada hutan sama sekali. Hutan telah dikonversi menjadi lahan pertanian. Pengolahan tanaman semusim menyebabkan tanah menjadi gembur dan air mudah meresap ke tanah.

"Seperti halnya kejadian longsor di tempat lain, terjadinya sumbatan saluran atau genangan air di bagian atas bukit menjadi pemicu longsor. Air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah," beber dia.

Sambung dia, lapisan tanah menjadi jenuh dan di bagian tanah keras atau batuan menjadi bidang peluncur sehingga longsor dan menghantam rumah-rumah yang dibangun di bawah bukit. Tanaman keras yang ditanam di perbukitan umumnya adalah tanaman yang bukan berakar panjang sehingga menambah beban dari struktur tanah.

"Berdasarkan laporan masyarakat dan aparat di Kecamatan Cililin, pada Selasa Sore tadi dirasakan getaran yang bersumber dari gempa 5,3 SR yang berpusat di darat di baratdaya Cianjur dan dirasakan hingga di Bandung. Kondisi ini dapat memberikan pengaruh terhadap berkurangnya kekuatan struktur tanah atau terjadi retakan tanah yang kemudian terisi air saat hujan sehingga memicu longsor," ujar dia.

Ia mengimbau, salah satu  solusi yang idealnya untuk mengantisipasi agar tidak ada lagi korban akibat longsor adalah relokasi. Tetapi ini sulit dilakukan karena berkaitan dengan matapencaharian dan sosial budaya masyarakat.

"Relokasi adalah pilihan terakhir dalam penanggulangan bencana karena faktanya sulit masyarakat dipindahkan. Di Indonesia terdapat 124 juta jiwa masyarakat yang di daerah rawan longsor sedang hingga tinggi yang tersebar di 270 kabupaten/kota. Artinya ada 124 juta jiwa yang berdiam seperti mirip di Cililin tersebut. Apakah semua juga harus direlokasi? Tentu tidak. Yang diperlukan adalah bagaimana masyarakat memiliki kemampuan antisipasi dan proteksi terhadap longsor," pungkas dia.

Alat Berat Tak Bisa Masuk

Sementara, Palang Merah Indonesia belum bisa menurunkan kendaraan amfibi (Haglunds) ke lokasi longsor. Sebab, jalan menuju lokasi tempat kejadian sempit dan menanjak, hanya sekitar satu meter.

"Saat ini tim gabungan hanya menggunakan alat manual seperti cangkul dan sekop,” kata Staf Penanggulangan Bencana PMI Kabupaten Bandung Lala Jalaludin  kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa (26/3/2013).

Lala menjelaskan bencana yang terjadi Senin pukul 05.30 WIB itu, 6 korban sudah berhasil ditemukan oleh tim gabungan yang terdiri dari PMI, BPBD Kab. Bandung, TNI dan Polri. Dua orang korban yang ditemukan menderita luka berat dan langsung di evakuasi ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.(Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.