Sukses

Diduga GAM, Puluhan Pemuda Aceh Diperiksa

Polisi memeriksa 30 pemuda yang diduga terkait dengan GAM di Biruen. TNI menarik diri dari Komite Keamanan Bersama. Angkutan umum di Lhokseumawe, Aceh Utara, mogok beroperasi.

Liputan6.com, Bireun: Sedikitnya 30 pemuda Aceh diperiksa di Markas Kepolisian Resor Persiapan Biruen, Senin (12/5) siang. Mereka disinyalir sebagai anggota separatis Gerakan Aceh Merdeka yang menyusup ke sejumlah tempat pengungsi di sekitar Masjid Raya Biruen [baca: TNI Kesulitan Membedakan GAM dan Warga Sipil].

Menurut Komandan Kompi Brigade Mobil BKO Biruen Komisaris Polisi Ferry Ukoli, puluhan pemuda itu tak ditahan, namun hanya dimintai keterangan. Mereka dicurigai karena kerap berada di lokasi pengungsian. Padahal, menurut warga, mereka tak termasuk ke dalam gelombang masyarakat desa yang mengungsi. Ferry mengungkapkan pula, sebagian dari mereka diketahui tak memiliki identitas maupun kartu tanda penduduk. Sedangkan sebagian lainnya memiliki KTP, namun bukan dari daerah asal para pengungsi.

Untuk memastikan informasi tersebut, polisi akhirnya memanggil kepala desa dari tempat asal pemuda itu. Langkah ini dinilai penting untuk mengetahui status mereka. Menurut Ferry, petugas gabungan TNI dan Polri akan terus memisahkan warga sipil dan GAM.

Di Bengkulu, Kepala Bagian Reserse dan Kriminal Markas Besar Polri Komisaris Jenderal Polisi Erwin Mappaseng mengungkapkan, delapan pria yang diduga anggota GAM ditangkap di sana. Penangkapan ini hanya berselang beberapa hari setelah Wakil Panglima GAM Wilayah Medan Deli, Sumatra Utara, Teungku Yahya [baca: Teungku Yahya Diterbangkan ke Medan]. Dengan demikian, Polda Bengkulu telah menangkap 10 anggota GAM, termasuk Teungku Yahya yang diduga sebagai pelaksana pengeboman di Hotel ASEAN, Medan, pertengahan Agustus 2002.

Kendati demikian, menurut Mappaseng, polisi belum menemukan bukti mengenai keterlibatan delapan orang yang ditangkap terakhir itu dalam kasus peledakan bom di Hotel ASEAN. Sejauh ini, mereka hanya diduga terlibat beberapa kasus kriminalitas. Misalnya, pemerasan, perdagangan ganja, dan pemungutan liar terhadap sejumlah sopir di Bengkulu.

Masih menyoal Aceh, hari ini, Komisi I DPR menggelar rapat kerja dengan Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto [baca: TNI Kesulitan Membedakan GAM dan Warga Sipil]. Rapat kali ini lebih difokuskan pada penanganan operasi pemulihan keamanan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Namun, menurut Endriartono, TNI hanya sebagai pelaksana operasi lapangan yang semuanya tergantung dari keputusan politik pemerintah.

Dalam kesempatan tersebut, Endriartono sekaligus mengungkapkan bahwa utusan TNI yang duduk di Joint Council Committee atau Komite Keamanan Bersama secara resmi ditarik. Artinya, TNI secara institusional siap menggelar operasi pemulihan keamanan menumpas GAM. Operasi ini diperkirakan berlangsung sekitar enam bulan. Lantaran itulah, TNI membutuhkan tambahan dana operasi sekitar Rp 1,23 triliun.

Di Banda Aceh, siang tadi, sekitar 300 mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi berunjuk rasa di Bundaran Simpang Limong. Aksi dimulai dari Kampus Universitas Darussalam. Para aktivis kemudian berjalan kaki menuju Bundaran Simpang Limong sambil mengusung berbagai spanduk dan poster. Intinya, para pengunjuk rasa menolak tegas rencana pemberlakun status Darurat Militer di Tanah Rencong. Mereka beralasan operasi militer hanya akan menelan korban di kalangan rakyat sipil. Ratusan demonstran juga mendesak gencatan senjata antara pemerintah dan GAM.

Selain berorasi, beberapa mahasiswa memasang spanduk di Tugu Simpang Limong yang bertuliskan penolakan terhadap pendekatan militer di wilayah Serambi Mekah. Setelah puas berorasi, ratusan mahasiswa melanjutkan aksi ke Masjid Raya Baiturrahman. Meski berlangsung cukup tertib, aksi mereka dikawal ketat sejumlah personel aparat keamanan.

Sementara suasana Kota Banda Aceh relatif sepi pada hari ini. Angkutan kota tak sepenuhnya beroperasi. Situasi ini diduga berhubungan dengan seruan mogok massal dari GAM. Keadaan tak jauh berbeda terjadi di Lhokseumawe, Aceh Utara. Di sana, sebagian besar pemilik toko memilih tutup, sedangkan angkutan umum tak beroperasi.(ULF/ANS/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini