Sukses

VIDEO: Bena, Keabadian Kampung Megalitikum

Kampung adat Bena di Flores, Nusa Tenggara Timur, masih merekam jejak kebesaran masa silam zaman megalitikum yang berusia lebih dari 1200 tahun.

Ada banyak kisah masa lampau yang tak tercatat, terutama ketika periode zaman belum mengenal budaya aksara. Tapi di Kampung Bena, kampung adat di Flores, Nusa Tenggara Timur, jejak kebesaran masa silam wilayah ini yang berusia lebih dari 1200 tahun bisa terurai dengan jelas.

Dari mulut ke mulut, sejarah berdirinya sejumlah kampung di sini memang beraneka ragam. Kendati demikian, ada satu kesepakatan tak tertulis yang menyebutkan Suku Bena adalah suku pertama yang menetap sehingga dinobatkan menjadi nama kampung.

"Bena adalah suku pertama yang menetap disini karena itu namanya dinobatkan menjadi nama kampung," kata Kepala Desa Bena Thomas Djawa.

Batu besar yang ditumpuk-tumpuk seperti kampung di Flores. Bena identik dengan pola permukiman tradisi megalitikum. Sistem kebudayaan dengan peninggalan batu-batu besar.

Bagi suku bena, Gunung Inerie yang bertengger di sisi barat adalah gunung suci. Dalam tradisi megalitikum tempat tinggi seperti gunung dipercaya sebagai rumah arwah nenek moyang bersemayam.

Ada sembilan suku yang terhimpun Bena, Deru Kae, Deru Azi, Dizi Kae, Dizi Azi, Kopa, Ngadha, Ago dan Wato. Masing-masing suku dipimpin kepala suku yang disebut Mosa.

Ada 45 rumah adat berdiri tegak di Kampung Bena. Komplek rumah setiap suku dipisahkan ketinggian berbeda-beda  dalam sembilan tingkatan. Setiap suku wajib memiliki dua rumah pokok Saka Pu'u atau rumah keluarga inti dari pihak perempuan dan Saka Lobo rumah keluarga inti laki-laki. Perempuan memang diposisikan tinggi di Bena namun tetap selaras dalam keseimbangan dan pria tetaplah kepala keluarga.(Adi)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini