Sukses

Didik Rachbini: Demokrasi di Indonesia Berwajah Ganda

Demokrasi di Indonesia dinilai masih mempunyai wajah ganda, yaitu wajah tradisional dan wajah modern.

Demokrasi di Indonesia dinilai masih mempunyai wajah ganda, yaitu wajah tradisional dan wajah modern. Sehingga setiap parpol pada akhirnya mempunyai strategi yang berbeda untuk meraih dukungan di 1 wilayah.

"Ada daerah yang rakyatnya masih pragmatis menghadapi demokrasi. Dan ada yang sudah dewasa, yaitu yang tidak terpengaruh dengan kekuatan uang," Ketua Lembaga Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kadin Indonesia Didik J Rachbini dalam diskusi "Lingkar Inspirasi: Demokrasi Berkualitas" di Pasar Malam Indonesia 2013, Lapangan Malieveld, Den Haag, Belanda, Sabtu (23/2/2013) malam.

Mantan pasangan Hidayat Nur Wahid pada Pilkada Jakarta 2012 lalu ini menjelaskan, sebuah survei di Mojokerto, Jatim dengan 400 responden dan tingkat error 5 persen menunjukkan 39,6 persen responden akan memilih parpol atau calon legislatif yang memberikan mereka uang, sembako, perbaikan jalan di kampungnya dan modal usaha.

"Riset seperti itu banyak dipakai parpol dan politisi agar mereka bisa meraih dukungan. Artinya membeli demokrasi di daerah tertentu itu mudah, yaitu dengan menebar uang," katanya.

Namun, fenomena Pilkada Jakarta 2012 mencerminkan wajah lain dari demokrasi di Indonesia karena menurut survei elektabilitas Hidayat Nurwahid, salah satu calon saat itu mencapai 60 persen, sementara Jokowi yang datang dari daerah hanya 20-30 persen. Namun faktanya Jokowi meraih dukungan luar biasa dari rakyat.

"Rakyat seperti tidak dibeli dengan uang, dana baksos atau bagi-bagi sembako. Salah satu dukungan besar terhadap Jokowi adalah media dan para sukarelawan yang bekerja tanpa dibayar," ujarnya.

Fenomena lain dari demokrasi di Indonesia adalah pudarnya pertarungan ideologi antarparpol, karena sudah tidak ada lagi parpol di Indonesia yang arah politiknya kiri , kanan, dan tengah.

Demokrasi Indonesia Berkembang

Sementara itu, Staf Khusus Presiden bidang ekonomi Prof Firmansyah mengatakan, Indonesia merupakan satu negara yang menjadi perhatian dunia, karena mampu mencapai pertumbuhan ekonomi yang stabil di tengah krisis sekaligus mampu mengembangkan demokrasinya.

"Pascareformasi, media sangat bebas. Dan kemudian disusul dengan aturan 7 pemilihan langsung yaitu presiden, DPR, DPRD, DPD, gubernur dan bupati, dan kepala desa," katanya.

Di tengah tumbuhnya demokrasi, laju pertumbuhan ekonomi sudah mencapai di atas 6 persen per tahun dan pertumbuhan investasi yang terus meningkat. "Tahun 2013 ini ditargetkan tercipta 1 juta lapangan kerja baru dan itu optimis tercapai antara lain dengan realisasi program MP3EI di enam koridor senilai Rp545 triliun," ujar Firmansyah.

Dia mengajak semua komponen untuk makin menguatkan demokrasi untuk menjaga pertumbuhan ekonomi tetap stabil.

"Saya bersyukur Pilkada di Sumatera Utara dan Jawa Barat tidak menimbulkan gejolak yang menganggu perekonomian. Itu salah satu tanda rakyat kita sudah dewasa dalam berdemokrasi," kata Firmansyah.

Pembicara lain pada acara itu adalah Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Sidiq, Yuke Mayaratih dari Partai Gerindra perwakilan Belanda, Burhan Aziz dari Perwakilan PDI Perjuangan Belanda, Enggartiasto Lukita dari Partai NasDem dan Tugas Ahli Ditjen IKP Kementerian Kominfo Ahmed Kurnia.

Acara itu merupakan kerja sama antara KBRI Den Hagg, Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) dan Kementerian Kominfo, dalam rangka memeriahkan gelaran Pasar Malam Indonesia 2013. (Ant/Riz)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.