Sukses

Tim Gabungan Bakauheni Razia 11 Travel Gelap

Sebanyak 11 travel dari puluhan travel gelap yang sering beroperasi dari Bandarlampung hingga Bakauheni berhasil diamankan.

Citizen6, Kalianda: Sebanyak 11 travel dari puluhan travel gelap yang sering beroperasi dari Bandarlampung hingga Bakauheni berhasil diamankan.

Keberhasilan ini diduga karena keberadaan travel gelap tersebut telah "bocor". Bocornya razia ini terlihat dari
banyaknya travel berplat hitam yang secara mendadak menurunkan penumpangnya di SPBU Bakauheni. Hal itu menyebabkan banyak angkot warna kuning yang menjadi penerus para penumpang yang diturunkan tersebut mengangkutnya ke Pelabuhan Bakauheni.

Namun dari sekian banyak travel gelap yang belum mendapat informasi adanya razia tersebut,11 travel berhasil diamankan dan dibawa ke Polres Lampung Selatan (Lamsel).

Tim gabungan razia travel resmi dan travel tak berizin (gelap) melakukan operasi dari pagi hingga sore hari. Di terminal Pelabuhan Bakauheni, terlihat petugas dari Dinas Perhubungan Provinsi Lampung, marinir, Pomal, Satlantas Polres Lamsel, serta petugas keamanan otoritas Pelabuhan Bakauheni berjaga di pintu masuk kendaraan ke Pelabuhan Bakauheni.

Dengan adanya operasi penertiban tersebut terlihat tinggal travel resmi seperti Purnagama, Tegas, Wijaya Kusuma dan travel berplat kuning yang ada di parkiran serta bus-bus besar yang memiliki trayek Bakauheni ke terminal Rajabasa Bandarlampung.

Pihak Dishub Provinsi Lampung mengatakan, operasi atau razia tersebut akan dilakukan dalam waktu yang tak ditentukan. Tujuan dari razia tersebut adalah meminimalisir keberadaan travel gelap yang banyak merugikan pengusaha travel resmi. Selanjutnya para sopir travel yang sudah diamankan dibawa ke Polres Lamsel untuk dimintai keterangan terkait izin mereka beroperasi.

"Operasi ini juga dilakukan di provinsi, tepatnya di terminal Rajabasa. Jadi kalau mau tahu hasil keseluruhan operasi ini, dan berapa jumlah travel gelap, bisa koordinasi dengan pihak provinsi, biar redaksionalnya sama," ujar Ce’na, Kepala Seksi Angkutan Dinas Perhubungan Provinsi di Bakauheni, Selasa 5 Maret 2013.

Terkait penertiban tersebut, banyak sopir dari perusahaan resmi merasa senang. Pasalnya akan terpantau keberadaan travel yang resmi dan yang tidak.

"Secara kasat mata seharusnya para penumpang sudah bisa membedakan travel resmi dan travel tidak resmi. Travel resmi memiliki izin resmi dan berplat kuning, sedangkan travel tak resmi (travel gelap) memakai plat hitam," tutur Nurdin, salah satu sopit travel resmi.

Tapi ia pun pesimis, jika razia semacam ini akan efesien. Karena sudah menjadi rahasia umum selama ini banyak travel gelap yang dibekingi oleh oknum aparat.

"Jadi percuma saja kalau razianya dilakukan sekali saja, pasti sudah bocor. Buktinya hari ini ada operasi hanya sedikit yang tertangkap, padahal kita tahu yang beroperasi tiap hari banyak," tegas beberapa sopir travel resmi lainnya.

Padahal sudah ada himbauan dengan spanduk dan banner besar di pagar-pagar Pelabuhan di area terminal
Bakauheni, agar masyarakat pengguna jasa transportasi tidak menggunakan kendaraan umum tanpa izin (travel gelap) yang mengacu pada Perda Nomor 4 Tahun 2012. Namun faktanya masih banyak masyarakat yang menggunakan jasa travel gelap yang beroperasi di Pelabuhan Bakauheni.

Selain resah terhadap keberadaan travel gelap, para sopir travel resmi mengeluhkan adanya para "penyengget" atau calo sebagai dampak adanya travel gelap tersebut. Jauh hari sebelum travel gelap ada, kata mereka para penumpang masih bisa beristirahat dan memilih sendiri akan naik moda tranportasi apa.
Sedangkan sekarang para penumpang menjadi resah karena ditarik-tarik, bahkan terkesan dipaksa untuk mau naik ke travel gelap yang kadang menggunakan jasa calo tersebut.

"Kasihan penumpang, mau istirahat sejenak di pelabuhan saja tak sempat. Itu terjadi karena barang, tas mereka sudah dimasukkan ke dalam mobil," keluh Roni, salah seorang sopir Purnagama.

Selama ini ongkos resmi untuk travel berizin untuk trayek Bakauheni Rajabasa berkisar sekitar Rp 35 ribu untuk sekali jalan. Namun kata para sopir, travel gelap bisa menaikkan ongkos penumpang jauh di bawah harga resmi, yang penting dapat penumpang.

Hal inilah yang membuat para sopir resmi menganggap pihak terkait melakukan operasi penertiban
sebagai tindakan bagus. Karena selama ini, ada sekitar 9 perusahaan travel resmi dengan jumlah armada sekitar 200 kendaraan,

"Namun saya pesimis, kalau razia ini dilakukan hanya sekali dua kali saja. Nantinya travel gelap akan terus beroperasi," terang Nurdin. (Hendricus Widiantoro/Mar)


Hendricus Widiantoro adalah pewarta warga.


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini