Sukses

Polisi Telusuri 'Pengejek' Teroris Poso Beristigfar

Polisi akan mencari sosok di balik pelaku berjaket antipeluru dan helm yang menyuruh teroris Poso mengucap istigfar.

Polri masih menelusuri video berdurasi 13 menit yang memuat tindak pelanggaran HAM yang diduga dilakukan oleh Densus 88 Antiteror yang dilaporkan Din Syamsuddin pada 28 Februari lalu. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar menyatakan, akan mencari sosok di balik pelaku berjaket antipeluru dan helm yang mengejek teroris Poso untuk mengucapkan istigfar karena mau mati.

"Kata-kata itu akan kita coba telusuri bagaimana bisa terjadi seperti itu. Orang-orang itu ada di dalam gambar. Mudah-mudahan saja bisa ketemu dan mencari tahu orang itu. Kita upayakan tim-tim yang melakukan penyelidikan di sana untuk mencari tahu sebenarnya apakah ada orang-orang di antara anggota itu seperti itu," kata Boy di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (5/3/2013).

Boy menjelaskan, para 7 pelaku teror yang mengalami pelanggaran HAM dalam video tersebut juga merupakan pelaku mutilasi dan pembunuhan terhadap pelajar SMA di Poso. Mutilasi dan pembunuhan terjadi sebelum upaya penegakan hukum pada 22 Januari 2007.

"Jadi peristiwa mutilasi itu melakukan perlawanan dengan senjata, di mana Briptu Roni pada waktu itu juga meninggal dunia dan ditembak di bagian kepala. Ada juga 5 anggota Polri yang luka ditembak juga tetapi selamat, tidak sampai meninggal dunia," jelasnya.

Dia menyatakan, teroris yang berada dalam video itu bernama Wiwin Kalahe. Boy menceritakan, Wiwin menggunakan senjata M16 dan M43 yang diduga didapatkan dari Filipina.

"Senjata api yang digunakan Wiwin yakni M16 ada juga yang menggunakan M43. Inilah senjata-senjata yang kita duga itu dibawa dari antara lain dari Filipina," tutur Boy.

Din Syamsuddin bersama rekannya datang menemui Kapolri Jenderal Timur Pradopo dengan menunjukkan video pelanggaran HAM yang dilakukan Densus 88. Video yang tak diketahui pengirimnya itu, memuat penyiksaan terhadap tersangka teroris dalam bentuk tindakan mengikat kaki tangan, menembak, menginjak tubuh, dan ada yang bernada nuansa keagamaan, "Anda kan mau mati, istigfarlah," tutur Din. (Frd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini