Sukses

Tuhu Nugraha: Digital Marketing Kekurangan SDM di Semua Level

Di era internet, mayoritas para produsen memilih digital marketing sebagai cara yang cukup efektif dan efisien untuk membangun interaksi produsen dan konsumen melalui internet.

Citizen6, Jakarta. Perkembangan cara untuk memasarkan produk saat ini telah mengalami perubahan yang begitu cepat. Di era internet, mayoritas para produsen memilih digital marketing sebagai cara yang cukup efektif dan efisien untuk membangun interaksi produsen dan konsumen melalui internet.

Berikut wawancara dengan Tuhu Nugraha, seorang Digital Marketing Practitioner & Trainer yang saat ini  bergabung di PingFans yang menjadi bagian dari Upnormals Group.

Laki-laki yang mempunyai akun twitter @tuhunugraha ini juga menjadi trainer di Internet Marketing Institute Indonesia (IMII) yang merupakan bagian dari Econsultancy, sebuah komunitas digital marketing berbasis di UK.

Apa kesibukan lain Anda saat ini?  

Semester ini  mengajar Post Graduate London School Public Relations (LSPR)  untuk mata kuliah Digital Marketing Communication & New Media. Selain itu juga sedang menulis buku bersama Agung Setiawan dengan tema digital marketing. Buku yang ditulis ada 3 sekaligus, pertama tentang digital marketing secara umum, lalu khusus untuk industri B2B, dan satu lagi di industri finansial.

Mengapa menulis buku? Dan mengapa memilih B2B (Business to Business) dan Industri Finansial?

Menulis buku menjadi impian bagi saya sejak dulu, karena dengan menulis buku berarti ada sebuah rekaman sejarah yang ditorehkan sebagai individu. Ini merupakan kepuasan tersendiri bagi saya. Kedua dengan menuis buku kita bisa berkontribusi untuk mengembangkan dunia digital marketing di Indonesia.

Pemilihan B2B dan Finansial, karena dua industri ini punya karakteristik yang berbeda sehingga konsep-konsep digital marketing untuk dua industri ini juga harus di adaptasi. Sementara informasi yang ada saat ini dan populer tidak banyak memberi tempat untuk kedua industri ini.

Bagaimana perkembangan digital marketing di Indonesia saat ini?

Saya melihat perkembangannya sangat pesat. Sejak berkecimpung tahun 2008, saat industri ini masih kecil dan masih asing bagi banyak orang, hingga sekarang menajdi tren. Banyak agency baru bermunculan, dan dari sisi  brand juga makin banyak yang menggunakan digital sebagai bagian dari portfolio marketing-nya.

Namun sayangnya, selama ini digital marketing sering kali dianggap hanya sebatas social media saja. Padahal digital marketing itu sangat luas, social media hanya satu bagian kecil dari strategi digital marketing. Melalui buku yang sedang kami tulis, saya dan Agung Setiawan akan membedah digital marketing menjadi tiga bagian. Outbound, Inbound dan CRM (Costumer Relation Management), dalam pemahaman sederhananya bagaimana mengakuisisi audiens, lalu mempertahankan mereka dengan konten yang menarik, lalu menjalin hubungan yang baik dengan mereka agar loyal dan membeli lebih banyak.

Apa tantangan digital marketing saat ini?

Tantangan terbesar digital marketing saat ini adalah kekurangan SDM di hampir semua level. Pertumbuhan industri yang sangat cepat, tidak diimbangi dengan SDM yang tersedia. Oleh karena itu yang terjadi adalah bajak membajak SDM antar agency atau dibajak ke brand.

Kedua, perlu edukasi juga ke pihak brand tentang digital marketing. Mengapa? Karena tidak semuanya paham dengan menyeluruh digital marketing. Mereka masih meraba-raba efektifitasnya seperti apa, pengukuran suksesnya seperti apa, channel yang pas untuk brandnya apa dll.

Apa tren digital marketing Indonesia ke depan?

Saya melihat tren ke depan yang akan ramai adalah ecommerce. Karena secara infrastruktur koneksi internet saat ini jauh lebih terjangkau dari segi harga, kedua jangkauan internet juga semakin meluas. Ketiga tumbuhnya kelas menengah yang membuat konsumsi menjadi sangat tinggi, dan bagi konsumen yang muda belanja via online itu lebih praktis dan lebih gaya.

Jadi jangan heran bila banyak retailer asing yang kemudian ramai-ramai masuk ke Indonesia, misalnya Rakuten, Zalora, Multiply, Lazada dll. Brand-brand juga mulai banyak yang membuat online store-nya untuk mengantisipasi masa depan misalnya Kalbe Farma, The Body Shop. Dan terakhir saya membaca Alfamart sudah membuka retail onlinenya, walaupun saat ini baru terbatas di wilayah Jabodetabek.

Seiring dengan ecommerce, maka fungsi social media bagi brand juga berubah bukan hanya sekedar engagement ke konsumen, tapi mulai dituntut bagaimana dampaknya ke penjualan? Social media bukan hanya soal rame dan interaksi tinggi, tapi kontennya harus menarik sehingga membawa traffic ke website bila sudah siap dengan ecommerce, atau mendorong pembelian ke offline store. Ini yang sering disebut sebagai content marketing.

KW adalah perwarta warga yang tinggal di Bintaro

*Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke citizen6@liputan6.com


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.