Sukses

Panglima TNI: Sebelum 9 Juli, TNI Bertindak

Penyelesaian masalah Aceh dinilai tak perlu menunggu hingga batas akhir tenggat peletakan senjata pada 9 Juli mendatang. Langkah itu mesti dilakukan bila GAM nekat memerdekakan diri.

Liputan6.com, Jakarta: Konflik berdarah di Tanah Rencong tampaknya membuat geraham tentara menggeletuk menahan geram. Aksi kelompok separatis Gerakan Aceh Merdeka dinilai sudah melampaui batas toleransi yang selama ini dipatok bersama. Maklum saja, kasus penyerangan bersenjata api yang mengorbankan warga sipil plus tentara seakan tak berkesudahan, kendati masa demiliterisasi tengah digelar. Walau pemerintah berketetapan bakal tetap memprioritaskan langkah dialog buat penyelesaian konflik menahun itu, jajaran TNI mengaku siap bertindak tegas, secepatnya. Bahkan menurut Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, penyelesaian masalah Aceh tak perlu menunggu hingga batas akhir peletakan senjata pada 9 Juli mendatang. "Kenapa mesti menunggu sampai tanggal 9?" kata dia, Rabu (9/4), di Jakarta.

Menurut Endriartono, keputusan TNI bukan tanpa alasan. "Itu bila GAM tetap menunjukkan keinginannya untuk merdeka," kata dia. Langkah itu perlu dilakukan, bila dalam pertemuan Komite Keamanan Bersama (KKB) yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat, GAM tetap menyuarakan keinginannya untuk melepaskan diri dari Negara Kesatuan RI. "Terlihat, nggak ada niat dan gembar-gembor ingin merdeka," kata dia. Kendati demikian, tentu saja TNI masih menunggu instruksi pemerintah dalam menjalankan operasi mengatasi "kenakalan" GAM.

Hingga saat ini, Endriartono menambahkan, GAM belum menunjukkan itikad baik dalam menjalankan kesepakatan menghentikan permusuhan yang sudah ditandatangani pada 9 Desember 2002 [baca: Indonesia dan GAM Menandatangani Perjanjian Damai]. Selain itu, kelompok separatis di Bumi Serambi Mekah tersebut terus mengkonsolidasikan keinginannya kepada rakyat setempat untuk merdeka. Belum lagi sederet kasus yang dinilai mengganggu keamanan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Sebelumnya, kegeraman yang berbuntut permintaan buat beraksi ala Endriartono pernah terlontar. Dia memohon kepada pemerintah agar diberi wewenang buat menerapkan darurat militer dan operasi militer berskala besar di Tanah Rencong [baca: Presiden Menolak Darurat Militer Diterapkan di Aceh]. Asa itu ditolak Presiden Megawati Sukarnoputri dengan alasan masih mempertimbangkan dukungan politik, masyarakat, dan internasional yang belum matang bagi sebuah operasi militer di sana.

Kendati begitu, berbagai strategi tampaknya sudah disiapkan betul jajaran TNI secara matang. Menurut Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Susilo Bambang Yudhoyono, terlepas dari pilihan yang ada dan keputusan yang diambil pemerintah, jajaran TNI memang sudah menyiapkan konsep operasi intelijen dan teritorial di Aceh [baca: TNI Menyiapkan Operasi Intelijen di Aceh].

Kesiagaan TNI buat beraksi diamini Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu. Menurut dia, TNI siap menjalankan tugas di daerah-daerah konflik, seperti di Aceh. Bahkan, jika ada perintah untuk melakukan operasi penumpasan dikeluarkan, TNI AD akan menumpas GAM. "Kalau diminta melaksanakan, kita [TNI] akan buru," kata Ryamizard [baca: KSAD: Kami Siap Bila Diperintahkan Menumpas GAM]. Kesiapan itu pun dikemukakan Panglima Komando Cadangan Strategis AD Letnan Jenderal TNI Bibit Waluyo, jajarannya siap bergerak dan hanya tinggal menunggu perintah. "Pasukan siap tempur kapan saja dan tidak ada ampun lagi," kata Bibit [baca: Menumpas Separatis, TNI Menunggu Perintah Presiden].

Ketegangan di Tanah Aceh kini memang mencuat kembali. Terhitung sejak kemarin, kasus kontak senjata di provinsi paling barat Indonesia itu malah semakin gencar. Sejak siang pagi hingga siang hari, terjadi kontak senjata antara TNI dan GAM di empat kecamatan di wilayah itu. Dalam peristiwa tersebut, sembilan orang yang diduga anggota GAM dinyatakan tewas. Dari jumlah itu, empat di antaranya tewas dalam baku tembak di Kecamatan Delima, dua di Zona Damai Kecamatan Tiro, dua orang di Mutiara Berenun, dan seorang lainnya tewas di Kecamatan Gronggrong. Insiden tersebut menambah catatan bentrokan senjata yang baru saja terjadi pada 3 April silam [baca: TNI-GAM Bentrok, Seorang Anggota Kopassus Tertembak]. Seorang anggota Komando Pasukan Khusus TNI AD tertembak, sementara empat anggota GAM dilaporkan tewas.

Hanya selang beberapa jam kemudian, Nurjanah Hanafiah, istri Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Golongan Karya Aceh Utara ditembak mati orang tak dikenal di depan rumahnya, di kawasan Lancang Garam, Kecamatan Banda Sakti, Aceh Utara. Yanuar, keponakan almarhumah yang ikut ditembak dalam insiden tersebut, hingga kini masih dirawat intensif di Rumah Sakit Kesrem, Lhokseumawe.

Menurut Wakil Kepala Satuan Tugas Penerangan Komando Operasi TNI Mayor Laut Eddy Fernandy, berdasarkan pengakuan Yanuar, para penembak tak dikenal itu adalah dua orang yang mengendarai sepeda motor. Peristiwa penembakan Nurjanah terjadi saat korban dan Yanuar baru saja mengisi bensin di kawasan Kuta Blang. Setiba di depan rumah, tiba-tiba para penembak tadi langsung melepaskan timah panas dan mengenai leher Nurjanah. Sementara peluru lainnya bersarang di perut Yanuar.

Beberapa saat setelah kejadian, kedua korban dilarikan warga setempat ke rumah sakit. Namun di perjalanan, Nurjanah kadung mengembuskan napas terakhir. Menurut rencana, malam ini jenazah almarhumah akan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Teupin Punti, Kecamatan Samtalira, Arun, Aceh Utara.

Klaim jajaran aparat keamanan setempat bahwa GAM berada di balik insiden tersebut langsung dibantah Juru Bicara GAM Wilayah Pase, Jamaika. Menurut dia, TNI-lah yang sengaja menciptakan kekacauan di NAD. Sementara berbagai kalangan justru menilai, peristiwa berdarah tersebut berhubungan erat dengan pencalonan Zulkifli Hanafiah, suami Nurjanah, sebagai bupati Aceh Utara. Polemik di Aceh memang tak ubah dengan benang kusut.(BMI/Arfan Yap Bano, Muhammad Nasier, dan Dwi Nindyas)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini