Sukses

VIDEO: Dari Lahan Tempat Sampah Sampai Berdiri Bangunan Kampus

Sebuah lahan yang dahulu adalah tempat sampah, kini berdiri megah Gedung Universitas Pamulang di Tangerang Selatan, Banten, tempat 28 ribu mahasiswa menuntut ilmu.

Sebelum berdiri sebuah bangunan megah untuk menuntut ilmu, lahan yang ditempati adalah tempat sampah. Kini telah berdiri megah Universitas Pamulang di Tangerang Selatan, Banten, tempat 28 ribu mahasiswa menuntut ilmu. Termasuk mahasiswa dari sejumlah negara asing, Timor Leste sampai Turki. Sebanyak 3 profesor dan puluhan doktor pun berkarya di Universitas Pamulang.

Berbeda dengan sejumlah kampus dalam hal biaya kuliah. Karena bagi banyak mahasiswa, hal terpenting biaya kuliah adalah relatif terjangkau.

Hal itu diakui Syifa, mahasiswi Universitas Pamulang. "Di sini enaknya biaya kuliah bisa dicicil. Jadi uang kerja bisa disisihin," ucap Syifa, belum lama ini.

Universitas Pamulang didirikan oleh Darsono. Pria berusia 57 tahun itu ingin memberikan seluas-luasnya bagi mereka yang punya semangat tinggi untuk kuliah, tapi kekurangan biaya.

"Kita memberikan kesempatan belajar pada masyarakat yang punya berkeinginan kuat belajar, tapi tak punya kesempatan," ayah beranak 2 ini.

Tekad Darsono menyediakan pendidikan dengan biaya terjangkau tumbuh sejak lama. Semasa kecil di Bantul, Yogyakarta, dalam suasana kekurangan Darsono harus membantu orangtuanya bertani. Untuk mencukupi biaya kuliah di IKIP Yogjakarta, ia pun berjualan batu bata.

Darsono juga sempat jadi pegawai negeri sipil (PNS). Kemudian dia menjadi guru SMEA. Tapi akhirnya Darsono lebih memilih coba-coba jadi wirausahawan demi menuntaskan cita-cita. "Dahulu perguruan tinggi itu masih dianggap mewah oleh masyarakat," jelas Darsono.

Dengan modal sedikit tabungan dan tekad pada awal tahun 90-an, Darsono mendirikan sekolah menengah kejuruan di atas lahan. Berbekal ketekunan, sarana belajar terus bertambah. Sekarang telah berdiri gedung kampus megah.

Banyak sudah jalan hidup yang berubah berkat institusi pendidikan ini. Seorang mantan pemulung merasakan semua perubahan itu hingga ia ikut menjadi salah satu dosen. "Awalnya saya tidak percaya," ujar dosen Universitas Pamulang Endi Suhendi.

Karya Darsono untuk insan di sekelilingnya tak pernah berhenti. Sekarang ada cicilan rumah berbunga rendah untuk karyawan. Atau klinik gratis untuk mahasiwa dan dosen serta persalinan gratis bagi masyarakat.

Semangat Darsono untuk maju tak pernah padam. Bengkel Sasmita ini salah satunya, mampu menghasilkan alat-alat peraga otomotif juga jadi sarana praktik bagi para mahasiswa. Omzetnya pun miliaran rupiah.

"Kita dilatih bagaimana caranya berkreasi dan menghasilkan. Jadi saya itu cuma satu yang diajarkan Pak Darsono, yakni jangan jadi benalu," kata seorang alumnus Universitas Pamulang Reza Alfian.

Sekarang Darsono tengah mewujudkan visi membangun rumah sakit berbiaya murah. Bagi Darsono, didikan keras orangtua adalah cambuk yang diperlukan untuk maju di kemudian hari.

"Perlu bagi anak-anak sekarang supaya tercetak jiwa kejuangannya," tutup Darsono.(Ais)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini