Sukses

Kerasnya Hidup di Tokyo! Orang Tinggal di Apartemen 'Peti Mati'

Orang yang tak punya banyak uang tapi ingin tinggal di pusat Tokyo harus tinggal di dalam kotak. Harga sewanya mahal!

Tokyo: gemerlap, padat, dan mahal. Orang yang tak punya banyak uang tapi ingin tinggal di pusat-pusat kota seperti Shibuya, nyaris tak ada pilihan selain tinggal di dalam kotak. Secara harfiah.

Seperti dimuat situs Kotaku, Jumat (1/3/2013) baru-baru ini sebuah program berita Jepang memamerkan sejumlah kos-kosan super-sempit yang dikenal dengan istilah geki-sema.

Apartemen ini tentunya bukan untuk mereka yang menderita klaustofobia alias takut saat berada di tempat sempit dan tertutup: kecil, kotak memanjang. Mirip peti mati. Toilet dan kamar mandi harus berbagi dengan penghuni lain.

Ada juga yang berupa bilik kecil ditumpuk satu sama lain. Hanya cukup untuk satu orang dan benda-benda miliknya. Tak ada pintu dan jendela. Mereka yang lebih tinggi dari 180 cm, bakal kesulitan untuk meregangkan tubuhnya. "Bentuknya mirip loker," komentar seseorang di sebuah situs populer Jelang.

Acara berita itu mewawancarai seorang pria 24 tahun yang tinggal di dalamnya. "Luasnya hanya dua tatami," kata pria yang bermimpi memulai bisnisnya itu.

Tatami, tikar tradisional Jepang, sering dijadikan ukuran luas -- ukurannya 1,6 meter persegi. Karena tak punya uang, ia mengaku terpaksa tinggal di kamar yang jauh dari nyaman itu, tanpa pendingin ruangan, tak terbayang gerahnya di musim panas.

Kru acara tersebut juga mewawancarai gadis 19 tahun bernama Chisato, yang bermimpi menjadi artis. Kamarnya hanya berukuran 1,5 tatami, panjangnya 2,44 meter. Ia masih punya tempat untuk meletakkan televisi, peralatan dandan, boneka, baju, juga selimut. Tembok kamarnya berwarna pink.





Dam meski sempit bukan main, harga sewanya tak murah. Para penyewanya harus merogoh kocek US$ 600 atau sekitar Rp 5,8 juta sebulan. Termasuk listrik dan pemanas ruangan.

Apartemen model ini kebanyakan digunakan para profesional muda yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja dan di luar rumah. Mereka menggunakan kamar mungil itu hanya untuk tidur.





Sementara, seperti dimuat Daily Mail, kondisi yang sama jugaa terjadi di Hong Kong. Di mana perumahan menjadi masalah besar. Ribuan warga bahkan harus tinggal di kandang sempit dari logam berukuran 1,8 x 0,7 meter yang ditumpuk-tumpuk.

Di kandang itulah, penghuninya tidur, sekaligus untuk menyimpan segala harta benda milik mereka: bantal, baju, panci, handuk, mangkuk, apapun. Sumpek dan kotornya bukan main. Juga jauh dari aman. (Ein)

Baca juga: Menguak Sisi Gelap Hong Kong, Ribuan Manusia Hidup dalam Kandang

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini