Sukses

Diskusi Sains Yogyakarta Digelar Mahasiswa Pendidikan IPA

HIMA IPA Universitas Negeri Yogyakarta gelar Diskusi Sains bekerjasama dengan Forum Mahasiswa Pendidikan IPA (Sains) Indonesia (FORMIPA Indonesia).

Citizen6, Yogyakarta: Himpunan Mahasiswa Pendidikan IPA (HIMA IPA) Universitas Negeri Yogyakarta menyelenggarakan acara bertajuk Diskusi Sains Yogyakarta bekerjasama dengan Forum Mahasiswa Pendidikan IPA (Sains) Indonesia (FORMIPA Indonesia).

Acara yang diselenggarakan di Ruang Seminar FMIPA tersebut mengambil tema "Meneropong IPA Masa Depan" dan terbuka untuk umum.

"Diskusi ini diselenggarakan dalam rangka menunjukkan peran sosial dan kelembagaan HIMA IPA dan FORMIPA Indonesia dalam menanggapi isu-isu aktual berkaitan perkembangan pendidikan IPA dewasa ini," ungkap Hizkia Yoga selaku Ketua Panitia, Sabtu 9 Februari 2013.

Narasumber dalam diskusi sains kali ini, dihadirkan tiga aktivis pergerakan mahasiswa Yogyakarta. Meraka adalah Al Fatah Fathony (Ketua FORMIPA Indonesia), Susi Murtini (aktivis HMJ MIPA Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa), dan Ary Gunawan (Koordinator Umum Komunitas Pena Indonesia).

Diskusi berlangsung hangat didampingi moderator Rasyid Zuhdi (Ketua HIMA IPA 2013).

Pada kesempatan pertama, Al Fatah Fathony menyampaikan pandangannya terkait pelaksanaan kurikulum 2013. Dirinya menjelaskan, kurikulum 2013 harus mengurangi jumlah mata pelajaran dan menambah porsi waktu tiap mata pelajaran. Karena kurikulum ini membuat calon pendidik IPA memiliki tantangan baru, yaitu dalam kurikulum ini IPA terintegrasi diwajibkan pada siswa jenjang SMP (Sekolah Menengah Pertama).

"Kurikulum 2013 akan dilaksanakan mulai Juli 2013. Saat ini sedang tahap sosialisasi dan pelatihan. Kita berharap semoga terlaksana dengan baik dan berhasil pula dengan baik. Pro dan kontra itu biasa, tugas kita mengawal pelaksanaannya," Pungkas Fathony.

Narasumber selanjutnya, Susi Murtini. Dalam diskusi tersebut Susi menyampaikan tentang peranan IPA dan teknologi. Ia memaparkan penemuan baru serta eksistensi IPA dalam kehidupan.

"Seluruh sendi kehidupan kita tidak terlepas dari IPA. Mulai dari bangun hingga tidur lagi. Coba dan perhatikanlah, maka kita akan tahu," papar Susi yang juga aktivis menutup diskusinya.

Narasumber ketiga, Ary Gunawan. Ia menyampaikan pandangannya terkait keadaan pendidikan pasca pembubaran Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) atau Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Dalam diskusinya, Ary memaparkan alasan pembubaran RSBI/SBI. Pertama karena adanya diskriminasi, kedua karena adanya kastanisasi, dan ketiga karena adanya penggunaan bahasa Inggris yang menggusur penggunaan bahasa Indonesia dalam kegiatan pembelajaran.

Namun, secara keseluruhan alasan pembubaran RSBI/SBI tersebut masih debatteble dan menimbulkan pro-kontra di masyarakat.

"Nasi sudah menjadi bubur, RSBI/SBI sudah dihapus Mahkamah Konstitusi (MK). Saatnya kita jadikan bubur itu menjadi bubur ayam yang masih bernilai untuk kepentingan perbaikan pendidikan nasional". Demikian candaan yang disampaikan Ary hingga mengundang tawa peserta diskusi.

Selain itu, Ary juga menyampaikan gagasannya tentang "SMART" (Social Multicultural Art Reality and Technology) Education dan 4 Pilar Pendidikan untuk menjawab tantangan pendidikan era teknologi informasi saat ini.

"Tanpa RSBI/SBI, pendidikan harus terus ditingkatkan kualitasnya agar mampu bersaing di kancah internasional".

Di sela-sela diskusi, hadir pula perwakilan dosen Pendidikan IPA, Maryati. Dalam diskusi tersebut, ia menyampaikan apresiasinya atas kegiatan yang diselenggarakan oleh HIMA IPA, dan berharap kegiatan semacam ini terus berlanjut. Karena lewat kegiatan diskusi mahasiswa merupakan wujud program positif untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi mahasiswa selaku calon pendidik IPA masa depan.

"Sebagai pendidik IPA, kalian harus mampu menjadikan IPA sebagai sarana mencari uang (penghidupan). Pembelajaran sains bisa dijadikan lahan bisnis dan entrepreneur. Seperti pengelolaan sampah, limbah, dan memaksimalkan potensi sumber daya alam bisa meningkatkan nilai guna dan nilai ekonomisnya," jelas Maryati kepada hadirin.

Sambil menunggu sesi diskusi selanjutnya, hadir perwakilan UKM Sekrup FMIPA memberikan hiburan. Dua senandung "Yogyakarta" dan "Meraih Mimpi" mampu menambah kemeriahan acara. Para peserta ikut menyanyi bersama penuh kehangatan dan kebersamaan.

Dari dikusi itu banyak sekali masukan serta saran dari peserta yang hadir. Baik ide serta gagasan demi perkembangan pendidikan sains banyak disampaikan oleh peserta.

Diskusi yang berakhir sekitar pukul 12.00 WIB itu diakhiri dengan pembagian doorprize berupa buku amal terbitan Komunitas Pena Indonesia (KOMPENI) kepada hadirin yang beruntung. Ditemani alunan lagu "Selamat Ulang Tahun" dari UKM Sekrup, acara diskusi ini diakhiri dengan penuh kebersamaan, sekaligus bertepatan dengan rangkaian ulang tahun Dies HIMA IPA UNY yang ke-4 di 2013 ini. HIMA IPA: Leading and Inspiring! (Ary Gunawan/Mar).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.