Sukses

Banjir dan Longsor Tetap Mengancam Tahun 2001

Bencana banjir dan tanah longsor diramalkan masih akan terjadi di tahun 2001 mendatang. Pemerintah daerah yang kawasannya rawan longsor diminta memberikan penyuluhan kepada masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta: Tahun 2001 masih rawan bencana. Bahkan bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di penghujung tahun ini diramalkan masih akan terjadi di tahun mendatang. Pemerintah daerah setempat yang kawasannya rawan bencana diminta memberikan berbagai penyuluhan kepada masyarakat. Satu langkah yang sudah dilakukan pemerintah pada saat ini adalah perbaikan lintasan arus mudik yang rusak karena bencana. Jalur lintasan mudik ini di antaranya adalah wilayah Pantai Utara Pulau Jawa dan Merak, Banten.

Prediksi bencana tersebut disampaikan Menteri Negara Lingkungan Hidup Sonny Keraf, baru-baru ini. Menurut dia, bencana banjir dan tanah longsor selama tahun 2000 yang mengakibatkan ratusan korban jiwa dan ribuan pengungsi, tampaknya tak akan berakhir dengan pergantian tahun. Apalagi menurut Badan Meteorologi dan Geofisika, curah hujan yang tinggi masih akan terjadi di awal tahun 2001 nanti. Belum lagi susulan musim kemarau yang panjang yang mengakibatkan tanah kering dan rapuh. Tak pelak, rapuhnya tanah ini akan mengakibatkan malapetaka longsor bila masa kemarau disusul lagi curah hujan yang tinggi lagi di akhir tahun 2001.

Menurut Sonny, pemerintah juga tengah mengkaji dan memantau langkah-langkah untuk menghindari korban jiwa dan kerugian materi yang lebih besar bila terjadi bencana lagi. Namun dia mengaku, pemerintah tak bisa berbuat banyak dalam mencegah bencana ini. Sebab sumber bencana seperti anomali curah hujan adalah akibat perubahan iklim secara global. Lantas masalah penggundulan hutan, kegagalan program reboisasi, pendangkalan sungai, dan kerusakan pantai tidak akan bisa dibenahi dalam waktu singkat.

Rupanya, petaka ini juga bersumber di wilayah perkotaan. Dalam pengamatan Sonny, penyalahgunaan tata letak kota untuk pemukiman penduduk juga mengakibatkan musibah banjir di kota-kota besar. Namun, tambah Sonny lagi, tidak mudah untuk memperbaikinya karena memerlukan biaya tinggi dan dampak sosial yang besar. Lantaran itulah, dia meminta pemda-pemda kota besar waspada agar penyalahgunaan itu tidak meluas.

Tengok saja bantaran sungai yang padat dengan rumah-rumah permanen maupun yang seadanya. Lantas, lahan hijau pun secara perlahan berubah menjadi perumahan. Pola hidup yang tidak sehat ini menjadi pemandangan sehari-hari dan menambah permasalahan sosial di kota besar. Namun untuk memindahkan mereka, menurut Sonny, tak semudah membalik telapak tangan. Pasalnya, mereka mengaku sudah lama tinggal di kawasan itu dan terbiasa dengan kondisi luapan sungai. Kesalahan pemukiman inilah, tambah Sonny, yang sulit diperbaiki.

Problema bencana di negeri ini semakin diperhitungkan tatkala masa mudik penumpang menjelang hari raya sudah dekat. Namun untunglah pemerintah mengaku telah memperbaiki lintasan arus mudik yang rusak. Menurut Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Erna Witoelar, tim pemantau prasarana jalan dan arus mudik akan mengutamakan perbaikan prasarana jalan yang rusak akibat bencana alam tersebut. Sejumlah jalur lintasan yang mendapat prioritas perbaikan antara lain jalur Pantura dan Merak. Pernyataan Erna ini dilontarkan seusai melakukan pertemuan dengan calon pemenang tender pengadaan air bersih untuk daerah Pekanbaru, Riau.

Menurut Erna banjir dan tanah longsor memang menyebabkan sejumlah ruas jalan mengalami kerusakan. Namun, perbaikan ruas jalan itu diupayakan rampung dalam beberapa hari sebelum arus mudik berjalan. Dana perbaikan itu diambil dari sisa anggaran dan dana rutin Depkimpraswil. Sayang, Erna tak merinci jumlah dana yang dialokasikan untuk perbaikan yang diinstruksikan agar rampung pada waktu sepekan sebelum Lebaran.(BMI/Jufri Alkatiri dan Haryo Dewanto)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini