Sukses

Dahsyatnya Ledakan Meteorit Rusia Vs Indonesia Tahun 2009

Peristiwa serupa dengan ledakan meteorit Rusia pernah terjadi di Indonesia tepatnya di Bone tahun 2009 lalu.

Jumat pagi (15/2) di Kota Chelyabinsk, Rusia. Sesaat sebelum jarum jam menunjukkan pukul 09.30, bola api luar biasa terang tiba-tiba melesat turun dari langit. Lalu...Duar!!!

Ledakan meteorit itu merusak ratusan bangunan dan melukai 1.200 orang -- sebagian besar terkena serpihan kaca. Insiden itu diperkirakan melepaskan 300-500 kiloton energi, atau setara 20 kali bom atom yang meluluhlantakkan Hiroshima selama Perang Dunia II lalu.

Menurut Bill Cooke, ilmuwan Marshall Space Flight Center NASA di Huntsville, Alabama, benda angkasa yang
menyebabkan ledakan meteorit itu diduga selebar 15 meter, berat 7.000 ton, dan meledak di ketinggian 19-24 kilometer di atas permukaan bumi.

Bola api menembus atmosfer atau perisai bumi dengan kecepatan 64.374 kilometer per jam dan meninggalkan jejak sepanjang 483 kilometer di langit.

Sejatinya peristiwa serupa pernah terjadi di langit Bone, Indonesia pada tahun 2009. Untungnya, selain ukurannya lebih kecil, ia meledak di atas lautan.

"Tidak menimbulkan kerusakan berarti. Ledakan meteorit Rusia kemungkinan empat sampai lima kali lebih kuat dari peristiwa 2009 lalu," kata Cooke seperti dimuat SPACE.com.

Secara kebetulan, tak saling terkait, insiden yang terjadi di Rusia hanya selang beberapa jam dengan peristiwa mendekatnya Asteroid 2012 DA14 yang memiliki lebar 45 meter. Batu angkasa melayang dalam jarak relatif dekat dengan bumi yakni 27.000 kilometer. Dengan titik terdekat berada di Indonesia.

Ledakan Meteorit di Bone 2009

Pada 8 Oktober 2009 sekitar pukul 11.00 Wita, suara ledakan keras mengagetkan masyarakat Bone, Sulawesi Selatan. Kala itu penyebabnya masih misterius, sejumlah spekulasi beredar: akibat gempa, meteorit, pesawat jatuh, hingga latihan rutin Sukhoi.

Baru 19 hari kemudian, tepatnya 27 Oktober 2012 dipastikan, ledakan tersebut dipicu meteorit yang lolos dari atmosfer.

Menurut perkiraan NASA, meteorit yang meledak di Bone berdiameter 10 meter dengan kekuatannya tiga kali bom atom yang meluluhlantakkan Hiroshima atau setara 50 ribu ton TNT (bahan pembuat bom).

Menurut ahli astronomi, Peter Brown dari University Western Ontario, Canada, kehancuran tak terjadi karena meterorit itu meledak pada ketinggian  15 sampai 20 kilometer di atas permukaan bumi.

Meski tak menimbulkan korban, apa yang terjadi di Bone termasuk sembilan tonggak sejarah astronomi penting dunia yang terjadi pada 2009.

Seperti dimuat laman Telegraph, 27 Oktober 2009, insiden Bone telah memicu kekhawatiran tentang pertahanan planet bumi terhadap potensi benturan dengan benda-benda langit, terutama dengan ukuran yang lebih kecil yang tidak terpantau teleskop.

Dan kekhawatiran itu kini terbukti.(Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.