Sukses

NASA Rekam Dampak Erupsi Gunung Rokatenda, NTT dari Luar Angkasa

Gunung Rokatenda atau Gunung Paluweh di NTT erupsi pada 2 dan 3 Februari 2013 lalu.

Gunung Rokatenda atau Gunung Paluweh di Pulau Palu'e, sebelah utara Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur meletus pada tanggal 2 dan 3 Februari 2013 lalu. Meski tak mematikan, dampak letusannya cukup dahsyat, hingga terpantau oleh satelit Earth Observing-1 (EO-1) milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA).

Dari luar angkasa satelit merekam mantel abu yang baru terbentuk di sekitar Rokatenda. Gambar tersebut diambil pada 12 Februari 2013.

Saat erupsi, gunung itu menyemburkan awan panas dan bebatuan. Aliran piroklastik, yang terdiri dari gas panas, abu vulkanik, dan bebatuan bergerak cepat ke arah laut. Bekas aliran abu terlihat berwarna coklat keabu-abuan, seperti terekam oleh instrumen  Advanced Land Imager (ALI).

"Sebagian besar pulau masih tertertutup vegetasi hijau, namun abu panas dari letusan itu telah merusak banyak tanaman di sana," demikian laporan Earth Observatory NASA,  seperti dimuat situs sains LiveScience, (14/2/2013).

Pulau Palu'e juga merupakan rumah bagi sekitar 10.000 warga, yang tinggal dalam delapan desa. Sementara seperti dimuat  VolcanoDiscovery.com, sejumlah desa terdampak letusan Rokatenda.

Letusan awal Februari lalu mengakibatkan 25 persen dari volume kubah gunung berapi, atau sekitar 1 juta meter kubik, ambrol.

Sebelumnya, letusan terakhir terjadi pada tanggal 23 Maret 1985 dengan hembusan abu mencapai jarak 2 km dan lontaran material lebih kurang 300 meter dari atas puncak.

Sementara erupsi terhebat terjadi pada 4 Agustus - 25 September 1928. Gempa vulkanik yang terjadi bahkan mampu memicu tsunami. Kala itu, penduduk Palu'e masih 266 jiwa. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.