Sukses

BNN Pertimbangkan Tanaman Alternatif Bagi Petani Khat Bogor

BNN belum menentukan sikap atau sanksi kepada para petani yang kedapatan menanan tanaman khat ini.


Badan Narkotika Nasional (BNN) masih mempertimbangkan pemberian program alternative development atau program penanaman tanam produktif lain kepada warga yang menanam tanaman khat (Chata Edulis) di kawasan Cisarua, Bogor, Jawa Barat.

Menurut Kepala Humas BNN Kombes Sumirat Dwiyanto, program semacam ini telah berjalan untuk petani ganja di Aceh dan Mandailing Natal, Sumatera Utara.

"Kalau memang itu tanaman terkait dengan narkotika pasti akan dilakukan seperti alternative development seperti masalah tanaman ganja di Aceh," ujar Sumirat kepada wartawan di Desa Tugu Selatan, Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Selasa (5/2/2013).

Sumirat mengatakan, sejauh ini, pihaknya belum menentukan sikap atau sanksi kepada para petani yang kedapatan menanan tanaman ini. Pasalnya, BNN bersama Polda Jawa Barat hingga kini masih menyelidiki dan melakukan uji laboratorium terhadap tumbuhan yang menjadi bahan dasar narkoba jenis Cathynone beserta turunannya itu.

"Kami belum membicarakan proses hukum bagi mereka yang menanam Khat. Saat ini masih fokus pada lidik dengan melibatkan Polda, Polres Bogor dan Polsek Cisarua," ujar Sumirat.

Ia menyatakan, pihaknya terus mengimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terkait aktivitas transaksi maupun usaha bercocok tanam tanaman ini. "Tolong dilaporkan jika ada informasi apapun terkait kegiatan orang yang menggarap lahan untuk menanam tumbuhan jenis itu. Kami minta warga bisa mengerti," imbaunya.

Tumbuhan khat dalam bahasa latin bernama Catha Edulis merupakan bahan mentah dari senyawa Cathinone. Induk dari molekul dasar zat selanjutnya dapat diolah dan diurai dengan mengganti beberapa gugusan menjadi Methylone, zat yang ditemukan petugas BNN di rumah Raffi Ahmad, saat penggerebekan pada Minggu (27/1/2013) lalu.

Sejumlah informasi menyebut, tanaman itu tumbuh di beberapa pemukiman di Cisarua. Warga setempat menjadikan pucuk daun ini sebagai komoditas yang dihargai Rp 500 ribu per kantong plastik sedang kepada ekspatriat terutama dari negara Timur Tengah seperti Yaman.

"Mulai ditanam di Cisarua, sejak lima tahun lalu. Mereka menanam di pagar-pagar rumah. Menurut informasinya orang yang pertama menanamn orang Yaman. Permintaan banyak jadinya masyarakat banyak juga yang menanam," paparnya. (Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.