Sukses

VIDEO: Ba'ayun Mulud Urang Banua

Tepat 12 Rabiul Awal, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam lahir. Peristiwa besar yang perayaannya rutin digelar etnis Banjar di Kampung Banua Halat.

Rabiul awal jatuh di Banua Halat. Bagi warga desa di Kecamatan Tapin Utara, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan ini, bulan ketiga dalam kalender Hijriah amatlah penting. Di bulan ini mengubah keseharian kampung, dari biasanya sunyi menjadi semarak.

Tepat 12 Rabiul Awal, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam lahir. Peristiwa besar yang perayaannya rutin digelar sebagian besar umat Islam di Indonesia, termasuk oleh etnis Banjar di Kampung Banua Halat.

Menjelang perayaan, nyaris di setiap rumah warga larut dalam kesibukan. Tak seperti daerah lain, perayaan Maulud di Banua Halat penuh dengan ornamen ayunan hias. Ornamen yang membuat perayaan Maulud di sini lebih dikenal dengan sebutan: Ba'ayun Mulud atau Berayun Maulud.

Bagi Suku Banjar, tak ada momen se-istimewa Maulud Nabi. Momen yang mengalahkan 2 hari besar umat Islam, Idulfitri dan Iduladha. Para perantau pun akan berusaha pulang kampung saat Maulud.

Komitmen Suku Banjar dengan Islam memang kental. Jika Martapura dikenal sebagai serambi Mekah-nya Kalimantan, Kabupaten Tapin mendapat julukan Serambi Madinah. Inilah buah dari penyebaran Islam yang sukses di pesisir Kalimantan Selatan abad ke-15.

Ciri khas perayaan Maulud di Banua Halat memang tak lepas dari soal ayunan. Tradisi yang telah menjadi ritual wajib ini jauh telah ada sebelum orang Banjar memeluk Islam. Mereka meyakini, lewat ritual ba'ayun, anak-anak mereka bisa memperoleh keberkatan dalam hidup, tak mudah menangis, dan terhindar dari segala marabahaya.

Dahulu, prosesi ini memang dikenal dengan sebutan ba'ayun anak. Batas maksimalnya yaitu usia 5 tahun.

Ketika itu balian atau dukun beranak menjadi figur penting. Jabang bayi dianggap sebagai anak si dukun, sehingga kerap juga disebut ritual bapalas bidan atau bentuk balas jasa kepada balian yang membantu proses kelahiran.

Sejumlah barang kebutuhan hidup diikutkan sebagai piduduk atau sesaji. Hal ini agar anak berwajah rupawan, berperilaku baik, dan terhindar dari bala.

Sementara ada banyak masjid di Banua Halat. Tapi yang menyimpan jejak penyebaran Islam begitu dalam, hanyalah di Masjid Al Mukarramah.

Berada di masjid inilah semua berawal, ketika Islam datang di Kabupaten Tapin. Itulah sebabnya status masjid ini begitu penting bagi etnis Banjar di Banua Halat.

Masjid berusia lebih dari 3 abad ini pernah dibakar Belanda. Sekarang menyisakan sebilah tonggak di bagian tengah. Tak sedikit yang menganggap rumah ibadah ini sebagai masjid keramat, khususnya tonggak kayu ulin tersebut.(Ais)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini