Sukses

VIDEO: Ngubek 'Si Biang Banjir' Kali Ciliwung

Di Ngubek-ngubek kali ini tim akan menelusuri Sungai Ciliwung yang kerap dituding menjadi 'si biang banjir' di Jakarta.

Bencana banjir yang melanda Jakarta pertengahan Januari lalu menyimpan beragam cerita. Ada tangis dan ada hikmah yang bisa diambil tiap bencana melanda. Di Ngubek-ngubek kali ini tim akan menelusuri Sungai Ciliwung yang kerap dituding menjadi si biang banjir di Jakarta.

Curah hujan yang tinggi ataupun kiriman air dari Bogor memang menjadi ancaman bagi warga yang tinggal di bantaran Kali Ciliwung. Karena air kali tersebut akan meluap dan menggenangi pemukiman warga saat dua hal itu terjadi. Pasca-banjir, lumpur serta sampah pun akan menjadi 'oleh-oleh' bagi pemukiman yang terendam.

Berawal dari Pasar Minggu Jakarta Selatan yang merupakan wilayah Jakarta pertama yang dilintasi aliran Kali Ciliwung. Kali atau Sungai Ciliwung yang melintas sepanjang 120 km dari hulu hingga hilirnya, dan sebelum masuk ke Jakarta air kali tersebut mampir juga di Bogor dan Depok.

Hulu kali itu terletak di Bogor atau tepatnya di Gunung Gede, Gunung Pangrango dan daerah puncak. Sementara pintu air Katulampa yang berada di Bogor jadi kunci utama untuk mengatur debit air Kali Ciliwung sebelum mengalir ke Jakarta

Ada 13 sungai yang mengalir masuk ke Jakarta, namun ketika musim hujan, Ciliwunglah yang punya dampak paling luas dan memberikan sumbangan air bah terbesar bagi warga Jakarta. Karena alirannya melalui tengah kota Jakarta dan melintasi banyak perkampungan, perumahan padat dan pemukiman kumuh yang salah satunya berada di gang buntu Pasar Minggu.

Setelah diterjang banjir, tentu saja warga kerja keras membersihkan rumah beserta isinya dari lumpur yang menempel dan selain menderita kerugian lainnya. Namun tentu saja ada peristiwa unik dibalik musibah banjir yang melanda Jakarta beberapa waktu lalu.

Sejarah Banjir

Kali Ciliwung 'si biang banjir' dan bencana banjir juga seolah jadi kesatuan kalimat yang tak bisa dipisahkan saat diucapkan. Jakarta yang kita kenal sejak dulu kala ternyata sudah sangat akrab dengan bencana banjir. Menurut sejarah, Indonesia ini sudah terpapar banjir sejak namanya masih Batavia.

Tahun 1621 menjadi tahun pertama kali banjir besar melanda Jakarta. Dan usaha pertama untuk menangani banjir dimulai pada tahun 1922 dengan dibangunnya Kanal Banjir Barat pada saat itu.

Pada rencana awalnya, Kanal Banjir Barat atau yang lebih dikenal dengan Kanal Banjir Manggarai-Karet yang dibangun mulai dari Manggarai hingga Muara Angke sepanjang 17,4 Km akan kembali diperluas. Namun sayang, upaya pembebasan tanah jadi kendala utamanya.

Jika dulu kanal banjir ini mampu menampung 370 meter kubik air per detiknya. Namun dengan semakin banyaknya sampah yang menumpuk, daya tampungnya pun semakin menyusut. Akibatnya air mudah meluap ke daratan dan banjir pun menerjang, sehingga menimbulkan kerugian yang luar biasa besarnya.

Selain itu sampah juga menjadi masalah klasik yang tak kunjung selesai, dan semakin memperparah bencana banjir di Jakarta. Meski berulang kali sampah-sampah itu diangkat, namun keberadaanya tak kunjung habis.

Ingin tahu seperti apa 'si biang banjir' tersebut, berikut ini liputannya: (Bai/Tnt)









(Tnt)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini