Sukses

Korut Ancam Arahkan Nuklir ke 'Musuh Bebuyutan' AS

Ancaman dikeluarkan Korut dua hari pasca resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengutuk peluncuran roket dan menguatkan sanksi untuk Pyongyang.

Korea Utara mengeluarkan ancaman bakal melaksanakan uji coba nuklir tingkat tinggi dan peluncuran roket berdaya jangkau lebih jauh. Ini sebagai bagian dari fase baru konfrontasinya dengan Amerika Serikat.

Komisi Pertahanan Nasional Korut mengatakan, itu adalah langkah awal menuju "aksi habis-habisan di masa depan" dengan target AS, "musuh bebuyutan rakyat Korea." 

Disiarkan media pemerintah, pernyataan menantang itu adalah yang terbaru yang disampaikan pihak pemerintahan yang dipimpin pemimpin muda Kim Jong Un. Menyusul resolusi Dewan Keamanan PBB Selasa lalu yang mengutuk peluncuran roket Korut dan akan memperluas sanksi terhadap negeri tersebut.

Resolusi Selasa diusulkan Amerika Serikat dan diterima secara aklamasi oleh 15 anggota Dewan Keamanan, termasuk satu-satunya sekutu Korut--China.

Korut menegaskan, mereka menolak semua resolusi Dewan Keamanan. Juga menggambarkannya sebagai "fase paling berbahaya dari kebijakan permusuhan terhadap DPRK".

"Penyataan penuh kemarahan Korut bukan respon yang diharapkan terhadap keputusan PBB itu," kata  Daniel Pinkston, analis senior  International Crisis Group, seperti dimuat CNN, Kamis (24/1/2013)."Saya pikir Korut benar-benar marah dan tersinggung."

Ancaman terhadap Amerika Serikat adalah tema abadi dalam propaganda Korut. "Saya tidak percaya mereka punya kemampuan, niat, atau kehendak untuk menyerang atau menghancurkan Amerika Serikat," katanya. "Mereka hanya ingin mencegah gangguan dari AS atau kekuatan luar."

Namun, apapun, kesuksesan peluncuran roket Korut bulan lalu telah mengubah perhitungan strategis AS. Sebab, hal tersebut menunjukkan bahwa ada kemajuan program rudal Korea Utara, meski negara tersebut didera sanksi berat oleh dunia internasional.

Sementara, AS tentu saja berharap, gertak Korut itu tak serius. "Kami berharap mereka tidak melakukannya," kata Glyn Davies, utusan khusus AS untuk kebijakan Korea Utara yang baru-baru ini mengunjungi Seoul, seperti dimuat BBC. "Ini bukan momentum untuk meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea."

Jika uji coba nuklir jadi dilaksanakan, ini adalah yang pertama di bawah kepemimpinan Kim Jong-un, yang berkuasa sejak kematian ayahnya, Kim Jong-il, pada Desember 2011. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.