Sukses

Pemerkosaan Tentara, Alasan Warga Suriah Lari dari Tanah Air

Perempuan dan anak gadis di Suriah menjadi sasaran penculikan, pemerkosaan, penyiksaan, bahkan dibunuh.

Perempuan dan anak-anak menjadi pihak yang paling rentan dalam perang di Suriah. Penderitaan mereka berlipat ganda. Tak hanya derita fisik dan psikologis, kaum hawa juga menjadi sasaran pemerkosaan.

Laporan bertajuk,  “Syria: A Regional Crisis,” yang dibuat organisasi yang berbasis di Amerika Serikat, International Rescue Committee (IRC) menyebut, pemerkosaan telah menjadi faktor "signifikan" dalam konflik Suriah yang terjadi sejak 2011.

Pelecehan tersebut juga menjadi alasan utama utama para perempuan dan anak menjadi pengungsi ke negara tetangga, ke Yordania maupun Lebanon.

"Dalam studi IRC di Lebanon dan Yordania, warga Suriah menyebut pemerkosaan sebagai alasan utama mereka membawa serta keluarganya lari dari tanah air," demikian laporan IRC, yang menyerukan perhatian mendesak terhadap isu tersebut, seperti dilansir Al Arabiya (14/1/2013).

"Ada banyak perempuan dan gadis yang melapor menjadi korban penyerangan seksual di ruang publik atau rumah mereka, terutama oleh para pria bersenjata. Pemerkosaan seringkali dilakukan sejumlah pelaku sekaligus dan di hadapan anggota keluarga korban." Biadab!

IRC juga mendapat laporan, di mana perempuan dan anak gadis mereka menjadi sasaran penculikan, pemerkosaan, penyiksaan, bahkan dibunuh.

Mereka yang selamat dan lolos dari Suriah amat jarang melaporkan tragedi yang menimpa diri mereka. "Akibat stigma dan norma sosial bahwa pengakuan terbuka korban pemerkosaan akan mendatangkan aib bagi dirinya juga keluarganya."

Sejumlah korban yang diwawancarai IRC mengaku tak melapor karena khawatir akan jadi sasaran balas dendam pihak pelaku, dibunuh demi kehormatan oleh keluarganya yang "malu", atau -- bagi para gadis -- akan dinikahkan paksa di usia dini demi kehormatan mereka.

Korban yang berhasil ke luar dari Suriah juga menghadapi kondisi memprihatinkan di lokasi pengungsian: tenda tak layak, cuaca dingin menggigil, kurangnya pelayanan medis dan layanan konseling. "Ditambah lagi kondisi kurang aman di kamp pengungsian, juga meningkatnya level kekerasan dalam rumah tangga."

IRC memperingatkan, krisis Suriah, "akan menjadi darurat kemanusiaan yang berlarut-larut."

Sementara, Badan Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) menyebut hingga Jumat lalu, pengungsi Suriah yang tercatat berada di negara tetangga dan Afrika utara lebih dari 600.000 jiwa.

Jumlahnya akan membengkak hingga 1,1 juta Juni mendatang, jika perang saudara terus berlangsung.

Di dalam negeri Suriah, 2 juta warga sipil mengungsi ke lokasi lain. PBB mengestimasi, sebanyak 4 juta orang sangat membutuhkan bantuan untuk bertahan hidup.(Ein)



* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini