Sukses

Kisah Pilu WNI di Perang Saudara Suriah

Keadaan kota-kota yang dulu aman sejahtera penuh dengan aktivitas warga, kini menjadi sepi mencekam. Keindahan Suriah kini hanya tinggal sebuah kenangan akibat gejolak yang dipicu 'demam Arab Upspring'.

Pertempuran sengit antara militer pemerintah dan pasukan pemberontak di Suriah terus bergulir. Perang saudara yang terjadi sejak Maret 2011 ini telah menewaskan sedikitnya 60 ribu warga sipil yang tak bersalah.

Keadaan kota-kota yang dulu aman sejahtera penuh dengan aktivitas warga, kini menjadi sepi mencekam. Keindahan Suriah kini hanya tinggal sebuah kenangan akibat gejolak yang dipicu 'demam Arab Upspring'.

"Dulu, sebelum ada pemberontak, perjalanan paling indah adalah naik bus dari Damaskus ke Aleppo melewati Homs dan Hama. Semuanya ditempuh (hanya) 5 jam, dan pastinya singgah di Danau Ashi, menikmati makanan Homs. Tapi kini, perjalanan itu bisa ditempuh 15 jam," tulis salah seorang warga negara Indonesia (WNI) di Damaskus, Saief Alemdar, dalam pesan dari akun Facebook-nya kepada Liputan6.com, Sabtu (5/1/2013).

Staf Konsuler dan Protokol KBRI di Damaskus itu menceritakan, kota-kota di Suriah yang dulu ramai kini menjadi sepi. Keamanan pun super ketat. Setiap orang yang melintas akan digeledah 'serapat' mungkin.

"(Sebelumnya), tidak ada seorangpun yang menanyakan identitas ataupun siapa kamu sepanjang perjalanan. (Kini) sepanjang Aleppo Homs, jalanan dijaga oleh tentara pemberontak. Jangankan nama, tas kecilpun dibongkar," ungkapnya.

Sementara itu, lanjut Saief, ketika warga sipil atau asing memasuki Jalan Homs-Damaskus, ia akan berhadapan dengan tentara pemerintah yang memeriksa di setiap pos jaga yang ada.

"Setelah itu kita memasuki jalan Homs-Damaskus. Kali ini tentara pemerintah yang berkuasa di setiap check-point," Sambungnya.

Alumni Sastra Arab di Universitas Kaftaro Syariah Qanun Damascus itu juga menjelaskan bagaimana perbedaan Suriah 2 tahun lalu dengan sekarang.

"Dua tahun lalu, saat tentara Suriah masih di Barak, negara ini aman. (Saat) Kami berjalan jam 2 malam dari Damaskus ke Hasakeh di perbatasan Turki, Tak seorangpun memberhentikan mobil kami dan bertanya 'mana paspormu?', " tuturnya.


"Owh.... malangnya nasibmu Syriaku... Anakmu sendiri yang mengobrak-abrik keindahanmu, keramahanmu. Sedangkan musuhmu disana tersenyum melihatmu jatuh berdarah sambil mengangkat gelas minuman," cheer up!things will be Okay."

Sejak 26 Desember 2012, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Damaskus, Suriah, dinyatakan dalam status darurat. Semua WNI tengah dalam proses pemulangan ke tanah air secara bertahap.

"Ada 1.600 orang WNI di Suriah yang sudah dipulangkan. Ini secara langsung oleh pemerintah dengan pesawat komersial," kata Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Jakarta, Jumat (4/1).

Menurut Marty, dari jumlah itu ada 1.300 orang WNI yang diberi bantuan pengurusan dokumen untuk meninggalkan Suriah. Memang ada opsi untuk kepulangan bagi total 7.551 orang WNI di sana.

"Kalau mereka digeser secara serentak akan membahayakan mereka. Sehingga melalui tahapan dan secara teratur. Saat ini 668 orang di konsulat, 470 KBRI, 192 orang KBRI Bairut," kata Marty. (Riz)
 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini