Sukses

Pedagang Terompet Kertas Punya Saingan Berat dari Cina

Momentum tahun dimanfaatkan sejumlah pedagang terompet untuk mencari rejeki.

Malam pergantian tahun 2013 tinggal hitungan hari. Momentum istimewa ini dimanfaatkan sejumlah pedagang terompet untuk mencari rejeki.

Salah satunya, Sardi, pedagang mainan yang ganti profesi sebagai penjual terompet tiap tahun baru, yang menggelar lapak di car free day.  Namun, ia mengakui, selama beberapa tahun belakangan, terompet kertas dagangannya punya saingan berat: terompet pompa asal Cina yang suaranya lebih nyaring.

"Untung jadi nggak seberapa," kata pria berusia 48 tahun itu, Minggu (30/12/2012).

Sardi mengatakan, ia kukuh memproduksi sendiri terompet tradisional dari kertas, alih-alih menginvestasikan uangnya untuk jualan terompet pompa. Meski, "kalah dari terompet Cina. Padahal mereka meniru produk kita,"  ujarnya, dengan mimik masam.

Wong Solo itu pun terpaksa mengurangi stok produksi terompet, dari 5.000 buah pada tahun-tahun sebelumnya menjadi 4.000.

Tapi, rejeki tak ke mana. Sardi tetap bisa mendulang untung. Bahkan lebih dari dua kali lipat. Dengan modal produksi Rp 2.000, Sardi bisa menjual Rp 5.000 per terompet.

"Nanti kalau malam tahun baru harga naik, bisa jadi Rp 10.000. Kalau jam 00.00 ke atas, baru harganya turun. Ibaratnya orang hajatan, kalo 'duarr'-nya sudah, habis," kata Sardi.

Dengan kemampuan mengangkut 500 terompet karton buatannya, sekali jualan, Sardi bisa mengantongi omset Rp 2,5 juta- Rp 4 juta. Belum termasuk pesanan sejumlah hotel yang ia layani.

"Hotel Magnia, Cetral di Pramuka, di jalan Blora pada pesen 100 terompet. Hotel di Jalan Raden Saleh pesen 300 plus topi," terangnya, senang.(Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.