Sukses

KALEIDOSKOP: 6 Catatan Kriminal 2012

Kejahatan sepertinya tak akan pernah sirna dari muka bumi. Rasa aman dan nyaman di Negeri Ibu Pertiwi pun telah hilang.

Kejahatan sepertinya tak akan pernah sirna dari muka bumi. Terlebih jika kemiskinan dan keserakahan yang mendorong seseorang berbuat jahat dan tindak asusila tetap hidup bertumbuh subur. Pendapat itu disampaikan filsuf Aristoteles (384-332 SM) yang kemudian kembali dipertegas oleh pemikir terkenal yang juga menjadi tonggak ajaran etika dan moral, Thomas Aquinas (1226-1274). Hingga kini pemikiran itu terbukti benar dan tetap up to date.   

Berbagai peristiwa kriminal besar terjadi di sepanjang 2012. Mulai dari kejahatan terkait bisnis narkoba, perampokan, pencurian dengan kekerasan, hingga perdagangan manusia, yang pada akhirnya membuat masyarakat bertanya-tanya, negara telah berbuat apa untuk melindungi warganya di Tanah Airnya sendiri?

Selain aksi penjahat yang menonjol di sejumlah kota di Bumi Pertiwi, peristiwa kebakaran layak disebut sebagai kejadian luar biasa, terutama di Ibukota Jakarta. Sepanjang 2012, lebih dari 100 kasus kebakaran memberangus berbagai kawasan padat di tanah Betawi.

Berikut ini 6 catatan hilangnya rasa aman dan nyaman di Negeri Ibu Pertiwi:

1. Narkoba Memangsa Anak Bangsa

Menyimak perkembangan peredaran dan pengguna narkoba yang terus meningkat di Indonesia dari tahun ke tahun membuat hati kian miris. Coba tilik hasil survei BNN dengan Universitas Indonesia dan juga universitas lain. Tahun 2005 persentase prevelensinya 1,7 persen dari seluruh Indonesia. Lalu tahun 2008 naik menjadi 1,99 persen. Kemudian tahun 2011 menjadi 2,2 persen, dan diperkirakan hingga tahun 2015 terus naik menjadi 2,8 persen, atau sekitar 5,8 hingga 6 juta jiwa.

Kabareskrim Polri Komjen Pol Sutarman menuturkan Polri telah menangkap 23.916 pengguna dan pengedar narkoba sejak awal 2012 hingga September 2012. Sementara pada 2010 dan 2011, Polri menangkap puluhan ribu pengguna dan pengedar barang haram tersebut.

"Yang kita tangani pada 2010 yakni 26.614 kasus, tersangka 33.000 sekian. Tahun 2011 dengan 29.713 kasus dengan tersangka 36.589 orang. Terakhir tahun 2012 sampai September ada 19.000 kasus, dengan tersangka 23.966 orang," urai Sutarman.

Namun yang paling menyedot perhatian terkait narkoba adalah diberikannya grasi bagi terpidana mati gembong narkoba Meiriska Franola alias Ola oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Setelah mendapat grasi, Ola kini hanya menjalani hukuman seumur hidup. Tak menutup kemungkinan, hukuman Ola bisa berubah lagi dengan hanya belasan tahun saja, persis seperti yang dialami terpidana gembong narkoba Hangky Gunawan alias Hengky akibat ulah Hakim Agung Achmad Yamanie.

Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD mempertanyakan dasar pertimbangan Presiden SBY memberikan grasi pada bandar narkoba tersebut karena Mahkamah Agung saja menolak memberikan rekomendasi grasi bagi Ola yang kemudian terbukti masih mengendalikan bisnis narkoba dari balik penjara.

2. Human Trafficking

Anak-anak tak aman lagi di negeri sendiri. Kasus terkait human trafficking atau perdagangan manusia di Indonesia tergolong tinggi. Korban perdagangan manusia ini umumnya adalah kaum wanita usia belia.  

Kasus paling anyar terjadi di Medan, Sumatera Utara. Direktorat Reserse dan Kriminal Umum (Dit Reskrimum) Polda Sumatera Utara yang membidangi Remaja, Anak, dan Wanita menggagalkan aksi kejahatan perdagangan manusia pada 3 Desember 2012. Polisi menangkap tersangka MR (30) dan dua remaja putri di hotel di Jalan Cirebon, Medan yang akan dijual kepada lelaki hidung belang. KN (17) dan AKDR (17) yang masih berstatus pelajar itu dijual kepada para pria buaya dengan tarif Rp 700 ribu.

Kasus perdagangan manusia di Tanah Air tak selalu berdiri sendiri. Beberapa kasus bahkan terkait dengan mafia human trafficking internasional. Data International Labor Organization (ILO) 2002 menyebutkan, sekitar 1,2 juta anak diperdagangkan di seluruh dunia setiap tahunnya. Kecenderungannya tiap tahun terus meningkat. Di Indonesia, dari data Komnas Perlindungan Anak 2004 saja tercatat ada 200 sampai 300 ribu kasus perdagangan anak. Yang lebih mengejutkan lagi, Indonesia menjadi negara pemasok terbesar perdagangan anak di bawah usia 18 tahun untuk kawasan Asia Tenggara. Anak-anak tersebut dipekerjakan sebagai PSK.

Beberapa modus yang belakangan kerap dipakai para pelaku kejahatan human trafficking untuk menjaring mangsanya adalah melalui jejaring sosial, semisal facebook. Tengok saja sejumlah kasus yang terjadi di Jombang, Jawa Timur. Lembaga Pendampingan dan Perlindungan Anak (LPPA) Jombang menangani kasus raibnya Dwi Endah Suhartini gadis berumur 18 tahun warga Desa Sambongdukuh, Jombang Kota. Remaja putri yang baru tamat SMA ini hilang sejak 22 November 2012. Dwi lenyap bagai ditelan bumi.

Sebelumnya, hanya dalam hitungan hari, LPPA Jombang juga menangani kasus hilangnya bocah perempuan Eno Wahyu Sri Pamungkas berumur 12 tahun. Nasib Eno lebih baik. Pada hari ke-13 setelah diculik komplotan perdagangan manusia, Eno dibebaskan. Dalam pengakuannya, Eno sempat akan dijual dan dipekerjakan sebagai PSK. Namun karena usianya yang masih terlalu muda, akhirnya Eno dibebaskan. Di tempat penampungan di Kota Bojonegoro, Jawa Timur, Eno mengaku bergabung dengan beberapa wanita muda yang disekap di suatu rumah.

Masihkah ada tempat yang aman bagi anak-anak bangsa di negerinya sendiri?

3. Pencurian Kendaraan Bermotor (Curanmor)

Di rumah sendiri pun tak aman. Kasus pencurian kendaraan bermotor (curanmor) di kota-kota besar di Tanah Air dari tahun ke tahun sepertinya tak pernah surut. Wilayah Jabodetabek merupakan salah satu daerah paling rawan curanmor di Tanah Air.

Kasus pencurian kendaraan bermotor di wilayah hukum Polda Metro Jaya hingga Oktober 2012 mencapai 3.850 perkara, 688 di antaranya terkait pencurian mobil. Subdit Kendaraan Bermotor Dit Serse Kriminal Umum Polda Metro Jaya mencatat ada 1.135 kasus yang diselesaikan. Di wilayah Tangerang terdapat 734 kasus dan di Bekasi ada 137 perkara curanmor dengan hanya 5 kasus yang dituntaskan. Di Depok kondisinya lebih rendah, terdapat 126 perkara curanmor. Hanya 4 kasus yang bisa diselesaikan.  

Kasus pencurian motor dan mobil di kawasan Jabodetabek paling banyak terjadi justru di daerah perumahan, ada 2.045 perkara. Sementara di jalanan umum terdapat 607 kasus, lainnya terjadi di lahan parkir pertokoan swalayan dan perkantoran.

Di antara begitu banyak kasus curanmor, beberapa di antaranya disertai dengan aksi kekerasan yang brutal. Wartawan TVRI, Djuli Elfano, Sabtu (17/3/2012) tewas ditembak di depan rumahnya sendiri pada siang hari bolong di Bintaro, Tangerang Selatan.

Perampok gagal merampas motor korban, namun nyawa kamerawan senior TVRI itu tak tertolong. Akhirnya setelah 8 bulan berlalu, komplotan penembak dan perampasan sepeda motor tersebut ditangkap. Bahkan pelaku penembakan tewas didor polisi ketika akan ditangkap.

4. Perampokan Minimarket Jadi Tren

Aksi perampokan minimarket 24 jam sepertinya menjadi tren kriminal 2012. Sepanjang tahun ini saja, Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) mencatat terdapat 32 kasus perampokan, beberapa di antaranya disertai dengan tindakan kekerasan.

Target sasarannya antara lain, Alfamart, Indomart, Circle K, dan Alfamidi. Aksi perampokan tersebar luas di wilayah Jabodetabek. Data kepolisian mencatat, dalam 13 kasus perampokan minimarket pelakunya menggunakan senjata api, 12 perkara memakai senjata tajam, dan sebagian lagi menggunakan senjata mainan ringan jenis air soft gun. Bahkan ada perampok yang terinspirasi game online.

Mengapa minimarket jadi target perampokan? Kriminolog Universitas Indonesia, Adrianus Meliala mengatakan bahwa cara itu relatif lebih mudah dilakukan dibanding mencuri dengan metode konvensional. "Kalau merampok tinggal memakai topeng, sebentar saja sudah bisa kabur bawa uang," kata Adrianus.

Beda lagi dengan pendapat ahli psikologi forensik Universitas Bina Nusantara, Reza Indragiri Amriel. Ada kejahatan lebih besar di belakang aksi perampokan dengan target minimarket tersebut. "Mereka merampok untuk biaya konsumsi narkoba," ujar Reza.

Dari pengakuan seorang tersangka yang telah dibekuk polisi, hasil perampokan di 30 target minimarket menghasilkan total uang senilai Rp 400 juta. Uang hasil perampokan dibagi rata sesuai dengan peran masing-masing di lapangan. Uang hasil rampokan dipakai untuk membeli sabu-sabu dan putaw.

5. Tawuran Pelajar, Salah Siapa?

Tawuran pelajar terutama di Jakarta bukan barang baru. Bahkan penelitian pernah digelar di tahun 1980 untuk mencari jalan keluar. Dulu, tawuran pelajar masih sering dianggap sebagai bagian dari unsur kenakalan remaja biasa. Tapi di era sekarang? Dalam kurun waktu satu dekade terakhir, tawuran pelajar telah berubah menjadi perilaku kriminal yang parah. Puluhan korban luka-luka dan bahkan tewas sia-sia.

Pada tahun 2012 ini saja, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat dari Januari hingga September telah terjadi sedikitnya 139 kasus tawuran anak-anak sekolah mulai SMP hingga tingkat SMA. Perilaku brutal kaum pelajar itu mengakibatkan 12 orang tewas.

Kasus meninggalnya Alawy Yustianto Putra, siswa SMA Bulungan Jakarta menjadi berita tawuran yang luar biasa. Tak sampai sepekan, seorang siswa SMA Yayasan Karya 66 tewas mengenaskan setelah disabet clurit oleh pelajar lain yang menjadi lawannya dalam peristiwa tawuran. Mendiknas Muhammad Nuh menilai telah terjadi penyakit sosial yang sangat parah.

Berbagai kasus tawuran anak-anak sekolah ini jelas sangat mencoreng muka pendidikan nasional. Siapa yang bertanggung jawab? Lalu apa yang bisa dilakukan?

Para pakar pendidikan dan psikologi sosial menyebutkan ada 4 faktor psikologis penyebab suburnya aksi kekerasan di kalangan remaja pelajar. Pertama, faktor internal yakni ketidakmampuan remaja menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya. Kedua, faktor keluarga. Unsur ketiga adalah lingkungan sekolah. Yang keempat adalah faktor lingkungan sosial pergaulannya.

KPAI mengajak setiap lembaga untuk mengampanyekan gerakan antikekerasan yang dimulai dari keluarga.

6. Sampai Kapan Jakarta Terus Terbakar?

Hanya dalam waktu 8 bulan sejak awal 2012 bergulir, 80 sampai 100 peristiwa kebakaran melahap permukiman padat penduduk dan ruko di Jakarta. Data Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta menyebutkan dari kasus kebakaran tersebut, 31 orang tewas dan 73 orang mengalami luka-luka. Hingga akhir tahun diperkirakan terdapat 800 keluarga kehilangan rumah tinggal.

Peristiwa kebakaran seperti tak pernah menjauh dari Jakarta dan sekitarnya. Di sepanjang tahun 2011, Gubernur Fauzi Bowo menyebutkan terdapat 890 peristiwa selama 2011. Kerugian akibat kebakaran di tahun 2011 mencapai Rp 180 miliar, dengan korban tewas sebanyak 13 orang, dan luka-luka 67 orang. Luas areal yang terbakar seluas 689 meter persegi. Akibat kebakaran tersebut, sebanyak 3.829 kepala keluarga atau 13.226 jiwa kehilangan tempat tinggal.

Penyebab kebakaran 60 persen karena korsleting atau akibat terjadinya hubungan arus pendek. Musim panas yang begitu terik sehingga kebutuhan listrik meningkat tajam juga disebut petugas pemadam kebakaran sebagai faktor penyebab kebakaran. Beberapa kasus kebakaran di Jabotabek juga terjadi karena meledaknya tabung gas elpiji dan akibat keteledoran pribadi, seperti contoh membuang puntung rokok dengan api yang masih menyala dan kasus kompor meledak.

Tingkat kepadatan penduduk di Jakarta yang luar biasa dengan rumah tinggal berhimpitan membuat jilatan api kebakaran massal sulit dicegah. Kondisi sosial semacam ini, ditambah minimnya penempatan hidran membuat petugas pemadam sering kesulitan memadamkan api. (Vin/Ali)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini