Sukses

Banjir dan Sesar Aktif Jakarta

Maka ketika masuk ke Teluk Jakarta sungai-sungai itu hanya menyisakan suspensi halus dan arus sungai yang lemah.

Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam, Andi Arief, menilai apa yang tengah dilakukan Gubernur DKI Joko Widodo atau Jokowi dan Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sudah benar dalam menanggulangi banjir Jakarta.  Andi juga mengungkap salah satu penyebab banjir Jakarta.

"Dalam tanggap darurat ini penyelamatan warga prioritas utama, Jokowi terbantu oleh masyarakat Jakarta yang terlatih secara mandiri hadapi banjir, kecuali kelas menengah yang banyak marah saat jalan-jalan utama ikut kebanjiran," kata Andi Arief dalam keterangan tertulisnya.

Menurut dia, sebaiknya warga menunggu sampai tanggap darurat ini selesai dilakukan. Karena perkiraan BMKG, Januari adalah Puncak derasnya hujan berpotensi banjir.

Andi menyampaikan, bahwa kini terjawab sudah beberapa pertanyaan tentang penyebab banjir Jakarta banjir, tanah turun, dan potensi gempa di ibukota. Paparan semua itu dibahas dalam Focused Group Discussion "Peluang dan Tantangan Ruang Bawah Tanah DKI Jakarta". Diskusi yang diikuti puluhan pakar geologi, geofisika, geoteknik, geodesi, geodinamik, konstruksi, air tanah, dan kegempaan.

Salah satu peserta diskusi itu mantan Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Andang Bachtiar, menuliskan beberapa point penting pertemuan itu. Beberapa hasilnya cukup mengejutkan karena di luar pengetahuan yang selama ini masyarakat pahami. Berikut informasinya:

1. Jakarta, lebih tepatnya lagi Teluk Jakarta adalah Kota yang didiami sebagai daerah Tinggian Tektonik. Tidak pernah terjadi intrusi air laut ke dalam lapisan air tanah tertekan di Jakrta. Apalagi sampai di bawah Monas. Yang terjadi malah sebaliknya: banyak air tawar keluar (discharged) sebagai mata-air di pantai dan Teluk Jakarta. Kandungan air agak payau di air tanah dalam dalam karena percampuran dengan air perasan dari lempung-lempung pengapit di atas dan di bawah akwifer karena proses kompaksi biasa, bukan karena intrusi air laut. Data isotop juga menunjang kesimpulan itu. Di pinggiran laut seperti di Muara Baru sampai ke Ancol, tentu saja, air tanah bebas dangkal dan air permukaan dipengaruhi oleh pasang surut air laut di sana.

2. Sebenarnya sejak 2002 atau 10 tahun yang lalu, hasil penelitian ITB dan LIPI itu telah disosialisasikan. Dan selama 10 tahun terakhir ini hasil-hasil isotop dan pemetaan sifat kimia air tanah seluruh daerah DKI makin menguatkan kesimpulan itu. Kurangnya sosialisasi hal ini ke masyarakat sehingga infonya tidak sampai. Sementara sebagian birokrasi dan masyarakat menganggap hal ini tidak memiliki konsekuensi apa-apa ke depan.

3. Pada lapisan yg di-dating sebagai Mid-Holocene atau berumur geologi sekitar 4-5 ribu tahun yang lalu, garis pantai mundur sampai di selatan Monas yang menyebabkan diendapkannya lapisan sedimen laut dengan air asin di dalamnya. Kalau kasusnya seperti itu maka memang air di dalam akwifer itu sudah asin dari asalnya, dan sering disebut juga sebagai connate water. Kedalaman lapisan-lapiran itu lebih dari 300-400 meter-an di daerah Jakarta Pusat dan makin mendangkal ke selatan.

4. Teluk Jakarta adalah tinggian lokal, sementara dari pantai teluk ke arah darat ke selatannya adalah berposisi rendahannya yaitu West Ciputat Low. Oleh karena itu meskipun ada 13 sungai mengalir membawa sedimen ke arah Teluk Jakarta,  tetap di teluk Jakarta tidak terbentuk delta. Karena itu,  sedimen-sedimen yang dibawa sungai-sungai itu sebagian besarnya diendapkan di rendahan Ciputat Barat yaitu di daratan Jakarta yang secara geomorfologi disebut sebagai Dataran Banjir Jakarta. Maka ketika masuk ke Teluk Jakarta sungai-sungai itu hanya menyisakan suspensi halus dan arus sungai yang lemah. Ini menjawab pertanyaan mengapa ada dataran banjir Jakarta.

5. Rencana pembangunan sea-wall di Teluk Jakarta seharusnya memperhitungkan konstelasi tektonik sedimentasi itu. Seawall harus dibangun di blok yang selalu naik yang mungkin terletak menjorok ke dalam teluk, bukan di lokasi pantai yang sekarang. Kalau posisinya tidak tepat maka dalam jangka panjang (>50 tahun) seawall itu juga akan terus tenggelam.

6. Demikian juga reklamasi (pengurugan) Teluk Jakarta seyogyanya memperhitungkan garis batas tinggian_rendahan itu. Kalau posisi area yang diurug ada di selatan garis batas maka reklamasi akan ambles-turun terus. Hasil survey GPS Profesor Hasanuddin dari ITB juga menunjukkan penurunan maksimum di bagian selatan daerah Muara Baru sampai ke Ancol. Kebijakan reklamasi harus dimodifikasi, dikawal dengan mendelineasi daerah-daerah yang akan sia-sia saja kalau direklamasi.

Tektonik Jakarta Aktif?

1. Pulau Seribu sebagai kelurusan utara dari tinggian Ciputat-Tangerang selalu brgerak naik secara tektonik; teras-teras terumbu yang berkembang di pulau-pulau Seribu itu adalah buktinya. Demikian juga daerah sepanjang garis imajiner Ciputat-Ujung Teluk Naga: itu adalah daerah yg selalu naik. Teras-teras sungai di sepanjang aliran Sungai Cisadane membuktikan gerak tektonik naik itu. Adanya slicken side, offset, pergeseran di sedimen-sedimen Pleistosen Jakarta membuktikan patahan-patahan Jakarta bisa aktif sewaktu-waktu dalam masa Kwarter ini. Ini menjawab bahwa Jakarta memiliki patahan yang bisa aktif sewaktu-waktu. Jadi bukan hanya ancaman dari Selat Sunda dan sesar sekitar jakarta saja yang menjadi potensi rusaknya Jakarta akibat gempa.

2. Sebagai tindakan preventif mitigasi bencana gempa bumi dengan adanya indikasi-indikasi patahan aktif itu, saat ini sedang diusahakan untuk membuat mikrozonasi gempa di Jakarta sampai ke level 4 yaitu skala 1:25.000. Dengan demikian, bangunan-banguna yang didirikan di DKI Jakarta nantinya bisa mengacu pada peta mikrozonasi itu untuk disain dan konstruksinya sehingga ramah gempa.

3. Lalu bagaimanakah masa depan Ibu kota negara Jakarta ini? Merujuk pada konstelasi tektonik Tersier dan Kwarter yang ada, secara geologi teknik masa depan DKI adalah Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu yang merupakan daerah tinggian yang lebih aman daripada dataran banjir Jakarta yang selalu turun. (Ism)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.